Bisnis.com, PEKANBARU- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Riau meminta pemerintah berperan aktif menstabilkan harga ekspor minyak sawit mentah alias CPO.
Ketua Gapki Riau Hinsatopa Simatupang mengatakan nilai ekspor CPO berdasarkan freight on board diprediksi mengalami penurunan sepanjang tahun ini. Menurutnya, cara menstabilkan harga itu dilakukan dengan cara membuat dan memperbanyak industri hilir.
“Riau adalah daerah penghasil CPO terbesar. Namun, Badan Pusat Statistik memprediksi nlai ekspor Riau akan menurun sepanjang tahun ini. Pemerintah harus menanggapi hal ini,” katanya, Rabu (8/7/2015).
Petani sawit di Riau mengeluhkan besarnya biaya yang harus dibayarkan kepada negara, seperti pajak dengan total mencapai 55%. Selain itu, eksportir juga harus membayar biaya CPO supporting fund sebesar US$50 per ton.
Menurut Hinsatopa besarnya cost yang harus dibayarkan kepada negara itu tidak sebanding dengan peran pemerintah dalam menstabilkan harga.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik Riau memprediksi nilai ekspor CPO Riau akan mengalami penurunan di sepanjang 2015.
Kepala BPS Riau Mawardi Arsyad mengungkapkan nilai ekspor Riau turun karena harga komoditas itu tidak mampu bergerak dan menunggu permintaan pasar internasional.
“Semester I/2015 ini kita belum melakukan penghitungan. Namun, diprediksi tetap akan mengalami penurunan dari periode sebelumnya. Begitu juga dengan Semester II/2015. Artinya, nilai ekspor CPO sepanjang tahun akan turun,” kata Mawardi.
Dari data terakhir, BPS mendata nilai ekspor CPO Riau pada Mei 2015 mencapai US$589 juta, turun 12,7% dari bulan sebelumnya. Pada April 2015, ekspor CPO mencapai US$709 juta. Sektor CPO mendominasi ekspor nonmigas Riau dengan andil 65%.
Sementara itu, nilai ekspor Riau juga mengalami penurunan di bulan yang sama. Nilai ekspor Riau mencapai US$1,13 miliar turun 12,41% dari bulan sebelumnya yang mencapai US$1,29 miliar.