Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembang Kawasan Industri Ramai-Ramai Koreksi Target

Semumlah pengembang kawasan industri merwvisi target pendaoatan penjualan lahan seoanjang 2015
Ilustrasi kawasan industri/Jabarprov.go.id
Ilustrasi kawasan industri/Jabarprov.go.id

Bisnis.com, JAKARTA--Sejumlah pengembang kawasan industri merevisi target pendapatan penjualan lahan sepanjang 2015. Hal ini disebabkan oleh sikap para investor, terutama asing yang dinilai sangat lama berkomitmen membeli lahan.

CEO PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk., Yoshihiro Kobi mengakui pihaknya kesulitan mendapatkan kontrak resmi dari investor. Oleh karena itu, pihaknya melakukan revisi target pendapatan melalui penjualan lahan di kawasan industri di Cibitung, yaitu MM2100.

Kami menurunkan target pendapatan dari Rp1 triliun menjadi Rp800 miliar sepanjang tahun ini, katanya saat dikonfirmasi Bisnis, Sabtu (27/6/2015).

Adapun emiten berkode BEST itu menurunkan target penjualan lahan dari semula 35-40 ha menjadi 15-20 ha saja.

Menurutnya, pada tahun ini investor asing, terutama Jepang masih belum yakin dengan iklim investasi di Indonesia. Dia mengakui MM2011 baru berhasil meneken kontrak pembelian lahan dari 3 perusahaan asal Jepang selama tahun ini.

Secara budaya, investor Jepang lebih percaya dengan kawasan industri yang dikembangkan oleh orang Jepang. Namun tetep saja, investor wait and see nya lama sekali di proyek kami, ungkapnya.

Pasalnya, Investor asal Jepang sangat mengandalkan stabilitas ekonomi dan nilai tukar mata uang rupiah baik terhadap Dolar Amerika maupun Yen Jepang. Selama nilai tukar belum stabil dan terus berfluktuasi, investor masih belum yakin membenamkan uangnya untuk membeli lahan.

Dia memprediksi koreksi pendapatan juga terjadi di kawasan industri lainnya. Padahal selama ini, investor Jepang berkontribusi paling besar dalam pembelian lahan yaitu sekitar 65%. Sementara itu, sisanya berasal dari perusahaan lokal, Korea Selatan, Swedia dan Norwegia.

Dihubungi terpisah, Presiden Direktur PT Lippo Cikarang Tbk., Meow Chong Loh mengungkap hal serupa. Perusahan dengan kode emiten LPCK itu tidak berani mematok target pendapatan terlalu tinggi.

Tahun ini cukup Rp500 miliar saja. Beda sekali dengan target dan pencapaian tahun lalu Rp1 triliun, katanya.

Menurut Loh, kondisi kawasan industri 2015 sedang tidak bagus. Sehingga perusahaan dinilai perlu menurunkan target penjualan lahan di kawasan industri di Delta Silicon 8.

Masalah utama penyebab seretnya penjualan lahan adalah imbas dari ekonomi Indonesia yang melambat. Hal ini berpengaruh terdadap ekspansi Jepang bertandang ke Indonesia. Pasalnya, Jepang masih menduduki peringkat pertama dalam hal investasi di kawasan industri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper