Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENJUALAN RESIDENSIAL: Ada Harapan Pulih Pasca-Lebaran

Setelah mengalami perlambatan sejak akhir 2014, penjualan properti residensial atau rumah tapak di Jawa Barat dinilai memiliki harapan untuk kembali pulih selepas Idulfitri atau Lebaran tahun ini.
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat, di Jakarta, Senin (22/6/2015)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat, di Jakarta, Senin (22/6/2015)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, BANDUNG—Setelah mengalami perlambatan sejak akhir 2014, penjualan properti residensial atau rumah tapak di Jawa Barat dinilai memiliki harapan untuk kembali pulih selepas Idulfitri atau Lebaran tahun ini.

Apalagi, survei konsumen dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Barat mengindikasikan tingkat keyakinan konsumen pada Mei 2015 sudah mulai mengalami peningkatan yaitu berada di level optimistis (>100) di angka 115.

BI Jabar meyakini indikasi penguatan indeks keyakinan konsumen (IKK) tersebut sejalan dengan tumbuhnya optimisme konsumen terhadap kondisi saat ini, bahkan terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang.

Selain itu, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan kebijakan relaksasi loan to value (LTV) per 18 Juni 2015 lalu yang berkaitan dengan pembiayaan kredit consumer, seperti kredit pemilikan rumah (KPR).

Ketua Persatuan Pengusaha RealEstate Indonesia (REI) Jabar Irfan Firmansyah menganggap kebijakan relaksasi LTV sebagai bentuk upaya dalam mendorong daya beli masyarakat, khususnya  untuk mengambil kepemilikan properti residensial.

“Angka minimal 10% itu besar. Ketika rumah harganya Rp300 juta, maka 10% uang muka itu Rp30 juta. Selisihnya bisa cukup besar,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (25/6/2015).

Dia memandang kondisi perekonomian secara global maupun domestik pada tahun lalu telah menyebabkan penurunan daya beli ataupun perubahan prioritas konsumsi masyarakat yang juga berdampak terhadap penjualan rumah tapak.

“Dari akhir tahun kemarin pasar residensial kita memang melambat. Banyak faktornya, di antaranya, pertama kondisi ekonomi, kedua musim anak sekolah, dan ketiga adalah menjelang Idulfitri,” katanya.

Dia menyatakan tidak seperti halnya dengan mobil, masyarakat cenderung menilai produk properti bukanlah suatu kebutuhan yang mendesak, terutama pada saat perekonomian tak stabil, sehingga mereka cenderung menahan pembelian rumah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper