Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

TARGET EKSPOR US$5 MILIAR: Industri Mebel Butuh Dukungan Regulasi

Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia menyatakan untuk mencapai target ekspor senilai US$5 miliar sesuai peta jalan pembangunan lima tahun ke depan, dibutuhkan regulasi yang kondusif dari pemerintah.
Muhammad Abdi Amna
Muhammad Abdi Amna - Bisnis.com 24 Juni 2015  |  20:02 WIB
TARGET EKSPOR US$5 MILIAR: Industri Mebel Butuh Dukungan Regulasi
Ilustrasi - JIBI

Bisnis.com,JAKARTA--Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia menyatakan untuk mencapai target ekspor senilai US$5 miliar sesuai peta jalan pembangunan lima tahun ke depan, dibutuhkan regulasi yang kondusif dari pemerintah.

Rudi Halim, Ketua Umum AMKRI, mengatakan dengan ketersediaan bahan baku dari alam yang cukup melimpah bagi industri mebel dan kerajinan, sektor ini seharusnya memiliki peranan penting dalam menghasilkan devisa negara dan serapan tenaga kerja.

Kendati diberi bahan baku yang melimpah, faktanya pengembangan industri ini cukup sulit dan banyak hadangannya. Hal ini terlihat dari kinerja ekspor tahun lalu yang hanya US$2,2 miliar, kalah jauh dari Vietnam yang mencapai US$6 miliar, katanya di Jakarta, Rabu (23/6).

Hambatan yang selama ini dihadapi oleh pengusaha, menurutnya seperti mekanisme ekspor yang cukup rumit, terutama di pelabuhan. Selain itu, ketersediaan bahan baku penolong di dalam negeri yang sangat terbatas.

Hingga saat ini, ujarnya, industri mebel dan kerajinan dalam negeri masih ketergantungan impor bahan baku penolong sepertifurniture panelsebesar 70% yang didatangkan dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.

Kesulitan bahan baku panel yang pada dasarnya berbahan dasar karet alam, hingga saat ini belum dapat diproduksi dengan baik di dalam negeri, akibat mekanisasi produksi para petani karet dalam negeri yang belum modern.

Selain itu, faktor utama penghambat peningkatan daya saing industri mebel dan kerajinan dalam negeri, menurutnya juga akibat infrastruktur jalan yang belum baik. Akibatnya, biaya logistik yang dikeluarkan cukup tinggi.

Jika dilihat dari segi sumber daya manusia, tenaga kerja Indonesia tergolong kalah produktif ketimbang tenaga kerja asal Vietnam. Jika dihitung berdasarkanman hours, tenaga kerja Indonesia lebih rendah 20% ketimbang Vietnam.

Namun, di sisi lain Indonesia memiliki keunggulan dalam hal kreativitas produksi. Dengan demikian, ke depan pengusaha harus mengoptimalkan kreativitas tenaga kerja dengan menciptakan produk yang lebih inovatif dan bernilai tambah tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

industri mebel
Editor : Bastanul Siregar

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top