Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Properti Melambat, Pengembang Tak Akan Turunkan Harga Tanah

Kendati didera perlambatan ekonomi yang berimbas terhadap daya beli masyarakat, pengembang tidak serta merta menurunkan harga tanah pada proyeknya.
Ilustrasi/citramajaraya
Ilustrasi/citramajaraya

Bisnis.com, JAKARTA— Kendati didera perlambatan ekonomi yang berimbas terhadap daya beli masyarakat, pengembang tidak serta merta menurunkan harga tanah pada proyeknya.

Pasalnya, penurunan harga tanah khususnya untuk segmen pasar primer dianggap tidak sehat terhadap sektor properti ke depannya.

Direktur PT Ciputra Surya Tbk Sutoto Yakobus mengatakan meskipun properti sedang dalam siklus terendah, perusahaan tetap menjaga harga tanah dan menaikkannya secara berkala. Menurutnya, menurunkan harga tanah merupakan hal yang hukumnya haram.

Dia menambahkan, tidak ada pelaku usaha menurunkan harga tanah kecuali developer yang kepepet dana atau pasar sekunder yang menganut konsep kepepet “asal laku”.

“Imbas melemahnya daya beli masyarakat itu lebih ke turunnya transaksi penjualan proyek di berbagai kota di Indonesia sebesar 10-15%,” katanya saat dihubungi Bisnis, Selasa (2/6/2015).

Lagipula, tambahnya, jika perusahaan menurunkan harga tanah, akan berisiko buruk terhadap proyek dan nama baik perusahaan. Pasalnya, tidak semua pembeli proyek adalah pemakai akhir atau end user melainkan sebagian adalah investor.

“Pihak yang memiliki niat untuk investasi pasti mengharapkan imbal hasil. Bagaimana kalau kami seenaknya menurunkan harga? Investor pasti kecewa. Itu tidak sehat,” tuturnya.

Jadi, lanjutnya, penurunan harga tanah itu bukan merupakan strategi menggenjot penjualan, yang ada malah mematikan. Untuk mencapai target penjualan, perusahaan menerapkan konsep baru yaitu membangun residensial versi kecil.

Selama ini, proyek Ciputra Surya bertajuk CitraLand yang terkonsentrasi di Surabaya, Medan, Sulawesi, Semarang, Yogyakarta dan Bali selalu dikembangkan hunian dengan tipe luasan di atas 100 m2.

“Kiat kami adalah menurunkan luasannya hingga 20%. Yang mulanya 135 m2 menjadi 99 m2,” ujarnya.

Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisasi anjloknya penjualan di berbagai daerah di Indonesia. Dia mengaku saat ini penjualan yang paling merosot terjadi di Sulawesi.

Pasalnnya, masyarakat Pulau Celebes itu mengandalkan perekonomian dari sektor tambang dan perkebunan di mana kedua sekor itu sedang melambat. Imbasnya, daya beli masyarakat juga menurun.

“Dengan kami bangun residensial versi mini, diharapkan banyak masyarakat yang mampu membeli rumah,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper