Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kementerian Pertanian Dorong NTT Jadi Sentra Ternak Sapi Nasional

Pemerintah akan mengembangkan Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai wilayah sumber ternak nasional, merujuk pada program pemerintah setempat yang menargetkan populasi 1 juta sapi pada 2018.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, KUPANG - Pemerintah akan mengembangkan Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai wilayah sumber ternak nasional, merujuk pada program pemerintah setempat yang menargetkan populasi 1 juta sapi pada 2018.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro menyampaikan tren pertumbuhan jumlah populasi NTT dalam 3 tahun terakhir cukup menggembirakan, dan diyakini akan segera mencapai target populasi 1 juta sapi pada 2017.

"Saat ini populasi sapi NTT yaitu 865.000 ekor, ini artinya naik 20% dibandingkan dengan periode yang sama 2013. Data sensus BPS saat itu, menunjukkan populasi sapi NTT berjumlah 725.000 ekor," jelas Syukur di sela-sela kunjungannya ke Kefamenanu, Kupang, Kamis (28/5/2015).

Menurut Syukur, pencapaian tersebut merupakan yang cukup tinggi dalam skala provinsi. Apalagi, lanjitnya, NTT memiliki dua jenis sapi yang sangat diminati seluruh rakyat Indonesia yaitu Sapi Bali dan Sapi Sumba Ongole yang di Indonesia, hanya dihasilkan di Pulau Sumba.

Untuk meningkatkan populasi sapi nasional, Syukur menuturkan ada sejumlah program yang telah disusun oleh pemerintah pusat untuk terus mengembangkan produksi sapi.

Pertama, proses perbaikan genetik sapi melalui inseminasi buatan (IB). Dalam program ini, Provinsi NTT termasuk provinsi yang melakukan percepatan program IB.

Dengan teknik IB dan kawin alam, pada 2016 populasi NTT dapat mencapai 950.000 ekor. Adapun untuk sepanjang tahun ini, akan ada 50.000 ekor sapi di Provinsi NTT yang akan dikerahkan untuk program IB.

Kedua, dalam rangka untuk mengembalikan NTT sebagai sumber ternak, pemerintah akan menerapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi kekurangan pangan ternak pada musim kemarau.

"Di NTT ini 3-4 bulan musim basah, sisanya musim kering.  Itu salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas sapi-sapi kita yang ada.  Terobosan yang dilakukan untuk mengantisipasi hal ini, yaitu membangun embung, atau tempat penampungan air," jelas Syukur.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Provinsi NTT Jehalu Andereas menyampaikan nantinya provinsi NTT diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan memberi pasokan untuk program swasembada daging sapi yang dicanangkan oleh pemerintah.

"Kita targetkan tingkat pertumbuhan populasi ternak 4,5% melalui penurunan angka kematian ternak kurang dari 4% dan peningkatan angka kelahiran hidup 25% dari populasi," jelas Jehalu di kesempatan yang sama.

Selain itu, Jehalu menerangkan provinsi NTT juga memiliki program pengembangan lain seperti pengendalian pemotongan sapi betina produktif, pengendalian pengeluaran jantan produktif, serta mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat peternak melalui kontribusi peningkatan nilai tukar petani peternak lebih dari 1,15%.

Jehalu menyampaikan saat ini Provinsi NTT masih menghadapi sejumlah ancaman kesehatan hewan berupa penyakit hewan menular strategis (PHMS) seperti Brucellosis, Antrax, Hog Kolera, dan Rabies.

"Setiap tahun, penyakit destruktif hewan ini menyebabkan kerugian di tingkat petani mencapai 5,5% dari produktivitas ternak dan ekuivalen dengan Rp80-Rp100 miliar," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper