Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ALI: Induk BUMN Pelabuhan Tak Pecahkan Masalah Sislognas

Asosiasi Logistik Indonesia menyatakan ketidaksetujuannya atas usulan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan membentuk satu perusahaan baru yang akan menjadi induk (holding) dari PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I sampai IV.
Foto areal proyek pembangunan Pelabuhan Kalibaru atau yang disebut Terminal New Priok di Kalibaru, Jakarta Utara, Kamis (21/5/2015)./Antara-Andika Wahyu
Foto areal proyek pembangunan Pelabuhan Kalibaru atau yang disebut Terminal New Priok di Kalibaru, Jakarta Utara, Kamis (21/5/2015)./Antara-Andika Wahyu

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Logistik Indonesia menyatakan ketidaksetujuannya atas usulan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan membentuk satu perusahaan baru yang akan menjadi induk (holding) dari PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I sampai IV.

Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldi Ilham Masita mengatakan usulan Menhub terkait rencana membentuk holding BUMN pelabuhan yakni PT Pelindo I sampai IV yang akan dilakukan oleh pemerintah sangat tidak tepat dan akan berakibat pada terhambatnya logistik maritim yang menjadi program utama Joko Widodo.

“Dengan adanya empat BUMN pelabuhan saja dari PT Pelindo I sampai IV, pembangunan pelabuhan kita ini sangat terlambat apalagi hanya dikerjakan oleh satu holding company yang sangat besar,” terangnya, Senin (25/5/2015).

Selain itu, Zaldi mengungkapkan, selama ini PT Pelindo lebih mirip kartel untuk mengelola pelabuhan-pelabuhan umum di seluruh Indonesia sehingga biaya pelabuhan tinggi.

“Segi pelayanan pun tidak bagus, apalagi kalau menjadi holding. Saya rasa akan terjadi monopoli absolut yang membuat masyarakat tidak punya pilihan lain selain PT Pelindo,” paparnya.

Dalam situs resmi Kementerian Perhubungan, Menhub Ignasius Jonan meyakini mekanisme holding company jauh lebih efisien dan praktis dibandingkan dengan pemerintah harus menggabungkan ke empat perusahaan pengelola pelabuhan yang sudah ada menjadi satu.

Dia mencontohkan apabila ingin mengajukan pinjaman akan lebih mudah karena secara korporat lebih besar asetnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Atiqa Hanum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper