Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pesawat Angkut Militer Airbus A400M Jatuh

Satu pesawat angkut militer Airbus A400M jatuh di luar Seveille pada Sabtu, menewaskan empat awak dan menyebabkan Inggris dan Jerman tidak menerbangkan pesawat angkut kargo dan tentara Eropa.

Bisnis.com, JAKARTA - Satu pesawat angkut militer Airbus A400M jatuh di luar Seveille pada Sabtu, menewaskan empat awak dan menyebabkan Inggris dan Jerman tidak menerbangkan pesawat angkut kargo dan tentara Eropa.

Pesawat itu dijadwalkan dikirim ke Turki, negara pembeli anggota NATO, dan sedang dalam pengujian ketika jatuh di satu lapangan sekitar 1,6 kilometer sebelah utara bandar udara San Pablo, Seville. Inilah kali pertama pesawat jenis A400M jatuh.

 
Api membakar pesawat itu dan kepulan asap hitam membubung dari tempat jatuhnya pesawat.



Airbus menyatakan empat karyawan asal Spanyol telah meninggal dan dua awak yang selamat mengalami luka-luka serius dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit.

Surat kabar El Pais melaporkan awak pesawat mendeteksi kerusakan dan meminta izin untuk mendarat, tetapi kemudian menabrak satu menara listrik ketika berusaha melakukan pendaratan darurat.

Seorang juru bicara Airbus menolak untuk memberi komentar mengenai sebab-sebab kecelakaan. Airbus menyatakan pihaknya telah mengirim satu tim untuk menyelidiki.

Inggris dan Jerman mengatakan mereka menangguhkan penerbangan A400M sementara mereka menunggu informasi lebih jauh mengenai sebab jatuhnya pesawat tersebut.

Api membakar pesawat itu dan kepulan asap hitam membubung dari tempat jatuhnya pesawat.

Perdana Menteri Mariano Rajoy, yang berbicara kepada wartawan dekat tempat kejadian, meminta penjelasan dari Airbus mengenai alasan-alasan atas jatuhnya pesawat itu.

A400M Atlas dikembangkan untuk Spanyol dan enam negara anggota NATO lainnya: Belgia, Inggris, Prancis, Jerman, Luxembourg dan Turki dengan biaya 20 miliar euro (22 miliar dolar AS), yang membuatnya menjadi kontrak senjata tunggal terbesar di Eropa.

Pesawat jenis itu memasuki layanan pada 2013 setelah penundaan lebih tiga tahun, demikian Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Editor : Yusran Yunus
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper