Bisnis.com,JAKARTA—Pemerintah mengambil posisi dan memanfaatkan organisasi Network of Aquaculture Centres in Asia Pasific (NACA) untuk melakukan transfer teknologi dan komunikasi tentang perkembangan terbaru perikanan budidaya.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengatakan hal ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya pembudidaya.
“Keanggotaan Indonesia dalam NACA ini sesuai dengan konsep pembangunan perikanan budidaya saat ini,” ujarnya lewat keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Selasa (5/5/2015).
Dia menambahkan konsep pembangunan tersebut antara lain mendorong pembangunan pedesaan melalui usaha budidaya perikanan, meningkatkan produksi pangan menuju ketahanan pangan, meningkatkan devisa Negara dan juga melakukan diversifikasi produksi akuakultur secara terintegrasi.
Menurutnya, hal ini sejalan dengan posisi Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar produk perikanan budidaya, dimana sebagian pelaku usahanya merupakan masyarakat pedesaan.
Slamet menambahkan selama Indonesia menjadi anggota NACA, yaitu sejak 2005, Indonesia telah memperoleh beberapa manfaat. Salah satunya adalah mendapat dukungan dalam penanggulangan penyakit Koi Herpes Virus (KHV) pada 2009.
Disamping itu juga mendapatkan informasi terkini tentang wabah penyakit ikan atau udang yang terjadi di Asia Pasifik.
“Hal ini mendorong Indonesia untuk melakukan pencegahan terhadap masuknya penyakit Early Mortality Syndrome (EMS) sehingga menjadikan Indonesia bebas penyakit EMS sampai saat ini,” katanya.
Slamet menambahkan manfaat lain yang diperoleh adalah diikusertakaanya Indonesia dalam berbagai pelatihan tentang akuakultur yang dilaksanakan NACA di Negara-negara Asia Pasifik.
“Kita juga mudah dalam mendapatkan akses ke organisasi internasional lainnya seperti FAO dan ACIAR sehingga dapat mendorong pengembangan perikanan budidaya di Indonesia,” ujarnya.