Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2015 diprediksi di bawah 5%.
Kepala Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Tbk Anggito Abimanyu mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional kuartal I 2015 yang berada dikisara 4,9% hingga 5% disebabkan oleh berbagai faktor.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, neraca perdagangan, pertumbuhan konsumsi yang menurun, investasi, dan belanja pemerintah.
"Telah terjadi perlambatan aktivitas ekonomi yang nyata pada kuartal I 2015 yang menyebabkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menurun sedikit di bawah 5%. Ini yang terendah dalam lima tahun terakhir," ujar di Jakarta, Senin (27/4/2015).
Rupiah secara year to date dan year on year mengalami pelemahan sebesar 3,9% dan 11,59%. Namun, sejak awal bulan April rupiah mengalami penguatan tetapi diikuti dengan penurunan cadangan devisa di bulan Maret sebesar 5,47% ke level US$111,6 miliar.
Dia menambahkan pengeluaran konsumsi untuk semua produk sekunder dan tersier mengalami penurunan baik dalam volume, nilai penjualan maupun pertumbuhan.
Berdasarkan survei AC Nilsen menunjukkan adanya pertumbuhan penjualan negatif di kuartal I-2015 dibandingkan dengan sebelumnya.
Konsumsi jenis BBM premium untuk umum maupun industri juga menunjukkan penurunan saat harga turun pada September 2014.
Sementara itu, konsumsi jenis BBM pertamax mengalami kenaikan pada saat harga turun. Namun pada awal 2015, konsumsi pertamax menurun pada saat harga masih turun.
Ada komponen seperti pertumbuhan konsumsi semen negatif tetapi bahan pangan positif. Yang paling besar pertumbuhan fundamental didorong oleh konsumsi rumah tangga," ucapnya.
Anggito juga memperkirakan pertumbuhan nilai investasi swasta diperkirakan menurun.
Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan kredit investasi dan impor barang modal Indonesia pada kuartal I-2015 lebih kecil dibandingkan kuartal I-2014.
Belanja modal pemerintah di kuartal I-2015 jauh lebih besar daripada periode yang sama tahun sebelumnya sehingga menopang nilai pengeluaran investasi pemerintah.
"Neraca perdagangan kuartal I-2015 senilai US$2,5 miliar atau meningkat dibandingkan kuartal I-2014 senilai US$1,2 miliar Kenaikan tersebut terjadi karena penurunan impor melebihi penurunan ekspor," tuturnya.
Selain itu juga ada penurunan ekspor pada kuartal I-2015 menjadi US$39,24 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$44,30 miliar. Penurunan juga terjadi pada impor yaknj dari US$43,23 miliar pada kuartal I 2014 menjadi US$36,70 miliar.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal II biasanya lebih rendah dari kuartal I. Bisa jadi nanti pertumbuhan di bawah target pemerintah yakni sekitar 5,2% batas bawahnya. Ini serius," kata Anggito.
Namun, dia menyakini akan ada pergeseran pertumbuhan apabila pemerintah merevisi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Perubahan APBN itu akan menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi akan di atas 5%.
Anggito menyarankan agar pemerintah mengajukan perubahan APBN-P 2015 terbatas ke DPR, khusus untuk penurunan target perpajakan dan rasionalisasi belanja K/L khususnya belanja modal.
"Target pajak pemerintah terlalu tinggi, diharapkan segera menyesuaikan dengan kondisi fundamental. Target pajak yang tinggi itu memberi kekhawatiran pelaku bisnis di dalam negeri," ujarnya.
Menurut dia, perubahan APBN-P 2015 yang rasional juga akan mengurangi tekanan pada likuiditas perbankan dan mendorong pertumbuhan aktivitas dunia usaha dan sektor ril.
Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 sekitar 5,2%, maka potensi likuiditas perbankan turun dari Rp600 triliun menjadi Rp485 triliun.
"Jadi, bank harus berpikir ulang agar bisa menarik simpanan masyarakat agar dapat kembali disalurkan ke sektor ril," kata Anggito.