Bisnis.com,JAKARTA - Asosiasi Semen Indonesia menyatakan konsumsi semen nasional pada kuartal I/2015 secara year on year mengalami penurunan 3,2%. Hal ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga awal kuartal II/2015.
Widodo Santoso , Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), mengatakan setelah mengalami penurunan konsumsi pada Februari 2015, kondisi pasar pada bulan lalu masih belum menunjukan perbaikan, bahkan cenderung menurun dibandingkan tahun lalu.
Penjualan di semua daerah pada bulan lalu turun, kecuali Sumatra dan Sulawesi. Penyebab turunnya konsumsi semen pada periode ini kemungkinan akibat perbaikan infrastruktur yang belum dimulai karena masih dalam tahap persiapan konstruksi, tuturnya kepadaBisnis pekan lalu.
Selain itu, lanjutnya, sejumlah alasan lain yang dapat memengaruhi turunnya konsumsi adalah belum dimulainya program pembangunan satu juta unit rumah oleh pemerintah, curah hujan tinggi yang mengakibatkan sejumlah pembangunan terhambat, serta ekonomi global yang belum membaik.
Secara total, jumlah konsumsi semen nasional pada kuartal I/2015 mencapai 13,62 juta ton turun dari 14,08 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Hal berbeda justru dialami oleh ekspor semen periode ini yang melonjak 631,7% atau mencapai 109.424 ton dari 14.955 ton pada kuartal I/2014.
Kendati demikian, secara keseluruhan konsumsi semen pada kuartal I/2015 baik domestik maupun ekspor masih turun 2,5% dari periode yang sama tahun lalu.
Total konsumsi pada periode ini hanya mencapai 13,73 juta ton lebih rendah dari konsumsi tahun sebelumnya 14,09 juta ton.
Dalam periode Januari-Maret 2015, konsumsi semen di Pulau Jawa turun 3,4% dari tahun lalu, yakni dari 7,74 juta ton menjadi 7,48 juta ton.
Sebagian besar konsumsi di wilayah ini mengalami penurunan, kecuali Banten yang tercatat tumbuh 6,2% serta Jawa Tengah yang tumbuh tipis 0,6%.
Secara kuartalan, penurunan konsumsi secara merata juga dialami pulau lain seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Sementara penjualan di Maluku dan Irian Jaya justru mengalami pertumbuhan paling tinggi yakni mencapai 7,7%.