Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan dolar yang terjadi di beberapa negara penghasil udang membuat para produsen dan eksportir komoditas hasil laut tersebut beramai-ramai menyerbu pasar Amerika Serikat.
Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Thomas Darmawan mengatakan Amerika Serikat menjadi pasar yang paling besar untuk para eksportir udang dunia. Sementara kondisi penguatan dolar menjadi pemicu naiknya ekspor udang dari beberapa negara ke Amerika Serikat.
“Pertengahan 2014 sampai sekarang terjadi depresiasi rupiah. Tetapi ternyata negara lain juga punya masalah yang sama soal depresiasi, seperti India yang menjadi kompetitor terbesar Indonesia,” kata Thomas kepada Bisnis, Rabu (18/3).
Sementara itu, harga komoditas udang mengalami penurunan yang cukup besar sekitar 20%-25% pada periode Januari-Februari 2015. Kendati demikian, menurut Thomas, penurunan itu memiliki sisi positif dengan semakin besarnya daya beli di negara-negara tujuan ekspor seperti di Amerika dan Meksiko.
Indonesia pemasok udang terbesar di Amerika pada Januari 2015 dengan pangsa pasar sebesar 37% dari total impor udang di Amerika atau setara volume 21,9 juta pon. Sementara itu India berada sedikit dibawah posisi Indonesia dengan volume sebesar 20,8 juta pon atau 20%. Amerika Serikat pada Januari 2015 mengimpor 111,9 juta pon udang atau naik 8,5% dari impor tahun lalu pada periode yang sama.
Kendati menjadi peringkat pertama eksportir udang di negara dengan permintaan udang tertinggi di dunia tersebut, menurut Thomas, Indonesia tetap harus hati-hati karena negara-negara produsen udang lainnya juga mulai meningkatkan ekspornya ke Amerika Serikat.
Seperti Thailand misalnya, pangsa ekspor produk udang dari negara tersebut naik menjadi 7,1% atau 13,9 juta pon. Kondisi tersebut memang masih lebih kecil dibanding ekspor udang Thailand ke Amerika pada Januari 2014. Meski demikian, hal tersebut menunjukkan Thailand sudah mulai mampu pulih dari penyakit EMS (early mortality desease) yang mengurangi produksi udang di negara tersebut.
Di lain pihak, ekspor udang dari Bangladesh ke Rusia dan Uni Eropa justru jeblok. Sehingga kemungkinan besar eksportir udang dari negara tersebut akan melempar komoditasnya ke pasar Amerika Serikat, sehingga kompetisi di negara tersebut akan semakin ketat.
“Sekarang saat ini pasar udang paling bagus itu amerika, paling besar dan paling tinggi karena dolarnya paling kuat. Euro sama Yen juga jeblok, jadi harga udang jadi mahal di sana,” kata Thomas.