Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pedagang Ayam di Jabar Ancam Mogok Massal

Ratusan pedagang daging ayam di sejumlah pasar di Jawa Barat mengancam melakukan mogok berjualan jika pemerintah tidak menanggapi permintaan mereka agar mengintervensi harga jual daging ayam yang meonjak tajam.
Rumah potong hewan/Antara
Rumah potong hewan/Antara

Bisnis.com, BANDUNG -  Ratusan pedagang daging ayam di sejumlah pasar di Jawa Barat mengancam melakukan mogok berjualan jika pemerintah tidak menanggapi permintaan mereka agar mengintervensi harga jual daging ayam yang meonjak tajam.

Saat ini, harga daging ayam di pasaran menembus angka Rp34.000 per kilogram. Meski, harga itu sempat turun selama empat hari, sejak satu hari kemarin harga kembali meroket.

Ketua Divisi Perunggasan Persatuan Pedagang dan Warung Tradisional (Pesat) Jabar Yoyo Sunarya mengatakan, kenaikan harga ayam tidak wajar ini telah menyebabkan kerugian besar baik bagi pedagang maupun bandar. Pasalnya, pedagang membeli daging dari bandar seharga Rp33.000 per kilogram.

"Sehingga wajar kalau kami jual Rp34.000 per kg. Tapi, ternyata harga itu nggak disenangi konsumen dan mereka ingin harga ayam tidak lebih dari Rp30.000. Daripada rugi lebih besar lagi pedagang terpaksa menjualnya Rp30.000," katanya kepada Bisnis, Selasa (10/2).

Menurutnya, pada umumnya rata-rata pedagang mengambil daging ayam sebanyak 1,5 kwintal.

Bisa dibayangkan, katanya, kerugian yang harus ditanggung pedagang Rp3.000 dikali 1.500 kg.

"Makanya, daripada terus merugi sejumlah pedagang memilih mulai berhenti berjualan," ujarnya.

Berdasarkan informasi yang diterimanya, kenaikan harga ayam ini disebabkan harga pakan. Tapi, hal itu tidak semestinya dijadikan alasan dan pemerintah harus berbuat sesuatu untuk mengatasinya.

Sebagai langkah konkret, Pesat pada Rabu (11/2) akan melayangkan surat permintaan ke Disperindag Jabar untuk melakukan intervensi pasar agar harga segera turun. Apabila tak kunjung ditanggapi, pihaknya akan turun ke jalan dan melakukan mogok jualan.

"Kami setuju semua pihak harus mengambil untung, tapi yang ada saat ini hanya sejumlah orang menerima untung. Harusnya, dari hulu ke hilir saling menguntungkan," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper