Bisnis.com, BEIJING - Indeks harga konsumen China diprediksi melambat ke level terendahnya dalam lima tahun pada Januari, terdampak kian menurunnya permintaan domestik dan luar negeri yang gagal mengompensasi perlemahan harga minyak dunia.
Konsensus ekonom yang dihimpun Reuters memprediksi inflasi Januari akan berada di level 1,0%(year-on-year),turun dari capaian Desember 1,5% sekaligus terendah sejak November 2009. Kalangan ekonom menilai stimulus berupa pemangkasan suku bunga pada November lalu belum mampu mendongkrak inflasi.
Kami melihat aktivitas perekonomian berjalan lesu dan belum terlihat tanda-tanda akan segera membaik. Jika aktivitas perekonomian terus seperti ini, kami pastikan perlambatan pertumbuhan akan semakin tajam, ungkap ekonom UBS Bank, Tao Wang di Hong Kong, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (6/1/2015).
Wang merujuk pada pertumbuhan China sepanjang 2014 yang hanya mampu mencapai 7,4%, terendah dalam 24 tahun terakhir. pertumbuhan China bahkan diyakini tidak akan mencapai 7,4% tanpa dorongan kebijakan longgar.
Data konsensus juga menunjukkan indeks harga konsumen diproyeksi terkontraksi 3,8%, kejatuhan pada bulan ke-35. Adapun pertumbuhan ekspor diprediksi melambat ke level 6,3% pada Januari dari bulan sebelumnya 9,7%.
Sementara itu, kinerja impor juga diprediksi jatuh, juga terdampak perlemahan harga minyak yang turut menurunkan harga komoditas lain. Impor diprediksi terkontraksi 3% pada Januari dari periode sama tahun sebelumnya.
Kendati demikian, para ekonom berharap eforia Tahun Baru China pada 19 Februari mendatang mampu mengerek permintaan dalam dan luar negeri. Layaknya perayaan hari raya, inflasi produsen dan konsumen China biasanya naik signifikan menjelang dan setelah tahun baru.
Adapun, jika proyeksi ekspor dan impor tidak meleset jauh, defisit perdagangan China Januari yaitu US$48,9 miliar, turun dari capaian Desember US$49,61 miliar dan rekor defisit November US$54,5 miliar.