Bisnis.Com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha dan Pemilik Alat Berat dan Konstruksi Seluruh Indonesia (APPAKSI) memprediksi adanya peningkatan kebutuhan alat berat sebesar 25% pada 2015 dan masih akan terus tumbuh hingga 2019.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha dan Pemilik Alat Berat dan Konstruksi Seluruh Indonesia (APPAKSI) Sjahrial Ong menyatakan prediksi peningkatan kebutuhan alat berat sebesar 25% itu telah disesuaikan dengan program pembangunan infrastruktur nasional yang dicanangkan oleh pemerintahan saat ini.
"Pada 2015, asosiasi memperkirakan pertumbuhan alat berat untuk konstruksi mencapai 25% atau mencapai 132.210 unit," katanya, Jumat (31/1/2015).
Namun, saat ini asosiasi mencatat ketersediaan alat berat hanya sekitar 26.442 unit. Menurutnya, ketersediaan alat berat di Indonesia masih mengalami kekurangan sekitar 40% atau 35.000 unit untuk menghadapi proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang diprediksi akan terus mengalami peningkatan selama 5 tahun ke depan.
Lebih lanjut, ucapnya, untuk memenuhi kebutuhan alat berat di Indonesia, pengusaha industri alat berat berharap agar perbankan nasional dapat memberikan kemudahan untuk mendapatkan pendanaan yang lebih lunak dan jangka panjang. Dengan demikian, pihaknya bisa lebih banyak mendatangkan alat-alat berat ke dalam negeri.
Sementara itu, Kepala Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) Hediyanto W. Husaini mengatakan peningkatan investasi di bidang infrastruktur berdampak pada kebutuhan sumber daya konstruksi yang andal, khususnya ketersediaan alat berat yang memadai.
"Ke depan kebutuhan alat berat ini akan sangat meningkat seiring dengan makin bertambahnya pekerjaan di bidang infrastruktur," ujarnya.
Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan alat berat tersebut, pemerintah telah bekerja sama dengan perusahaan industri alat berat dari Jepang, China dan negara-negara lainnya.
Walaupun Indonesia banyak mendatangkan alat berat dari luar negeri, imbuhnya, pemerintah berkeinginan untuk diposisikan sebagai mitra dan bukan hanya sebagai pasar alat berat saja. "Pengusaha alat berat dan mitra produsennya bisa melakukannya melalui investasi langsung dan membangun industri peralatan berat di Indonesia," tuturnya.