Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR Ma’mur Hasanuddin meminta pemerintah tidak memaksakan diri untuk mengekspor beras pada 2015 apabila produksi padi berlebih pada tahun ini.
Menurutnya, Kementerian Pertanian sebaiknya tidak mengejar pencitraan namun harus memperhitungkan pencapaian agar swasembada padi, jagung dan kedelai tepat dan terarah.
Dia mengatakan sebagian besar negara Eropa dan Amerika sebetulnya telah mengincar produk beras Indonesia sejak 2012.
Namun permintaan itu khusus untuk beras berkualitas premium atau organik saja.
Saat ini, dia mengatakan Indonesia telah mengekspor 1500 ton beras organik per tahun, sedangkan beras premium jenis basmati sekitar 50.000 ton.
“Beras reguler yang biasa beredar di masyarakat, jika dijual ke negara lain, akan tidak bersaing secara harga dibanding produksi Vietnam dan Thailand," katanya, Rabu (21/1/2015).
Soalnya, dia mengatakan dengan kualitas yang sama harga beras reguler dari Vietnam dan Thailand hanya Rp7000 per kg sudah sampai negara tujuan. Sementara harga beras kita lebih tinggi dari itu.
Ma’mur menyarankan apabila pemerintah ingin mengekspor beras reguler dapat melakukannya pada pertengahan 2016.
“Agar pada tahun ini Kementan dapat melaksanakan programnya dengan cara yang benar tanpa penyimpangan, sehingga, jika pemerintah berkeinginan ekspor beras untuk meningkatkan indeks perdagangan internasional, dapat dilakukan tahun 2016," katanya.
Ekspor Beras Reguler Diusulkan 2016
Anggota Komisi IV DPR Mamur Hasanuddin meminta pemerintah tidak memaksakan diri untuk mengekspor beras pada 2015 apabila produksi padi berlebih pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Irene Agustine
Editor : Bambang Supriyanto
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
11 jam yang lalu
Bos Eramet Buka-bukaan Soal RI Batasi Pasokan Nikel
13 jam yang lalu
Sederet Saran dari Ekonom untuk Lompatan Pertumbuhan Ekonomi RI
16 jam yang lalu