Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Natal dan Tahun Baru, Saatnya Panen Produk Makanan dan Minuman

Pelaku bisnis makanan dan minuman olahan memperkirakan permintaan pada akhir tahun ini meningkat 10% dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
 Pabrik minuman/Antara
Pabrik minuman/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku bisnis makanan dan minuman olahan memperkirakan permintaan pada akhir tahun ini meningkat 10% dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

Kondisi itu terpengaruh datangnya Natal dan eforia menjelang Tahun Baru 2015.

Dua momentum ini termasuk salah satu dari periode yang dikategorikan pengusaha sebagai peak season selain lebaran.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman memperkirakan selama bulan ini saja omzet (nilai penjualan) bisa mencapai Rp90 triliun. Sepanjang tahun ini diproyeksikan nilainya bakal menyentuh Rp1.000 triliun.

"Natal dan Tahun Baru ada kenaikan sekitar 10% saja, ini seperti tahun-tahun lalu," ucapnya, di Jakarta, Kamis (18/12/2014).

Penjualan makanan dan minuman (mamin) olahan pada lebaran tahun ini saja berkontribusi 40% dari perolehan omzet Januari - Agustus 2014. Selama kurun waktu ini omzet sektor mamin sekitar Rp700 triliun.

Saat ini Gapmmi menaungi sekitar 390 perusahaan mamin olahan di dalam negeri. Khusus untuk produsen minuman ringan saja, penjualan diperkirakan melonjak seperti potensi penaikan permintaan keseluruhan industri mamin.

Sementara itu Sekretaris Jenderal Asosiasi Minuman Ringan (Asrim) Suroso Natakusuma menyatakan pada bulan ini saja penjualan bisa naik 10% karena permintaannya bertambah. "Ini karena Natal dan Tahun Baru termasuk peak season," ungkapnya.

Peningkatan permintaan minuman ringan pada bulan biasa diperkirakan antara 5% - 6%.  Minuman ringan dengan pangsa terbesar adalah air minum dalam kemasan mencapai 60%, selebihnya jenis produk lain seperti soft drink dan minuman beralkohol.

Industri mamin merupakan penyumbang terbesar bagi PDB sektor industri nonmigas sebesar 36,85%. Pertumbuhan sektor ini selama Januari - September 2014 digabung dengan industri tembakau mencapai 8,8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper