Bisnis.com, SURABAYA - PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk mulai menambah kapasitas pabrik bahan baku jamu hingga 35 ton/hari untuk meningkatkan produksi obat herbal pada tahun depan.
Presiden Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan bahan baku jamu tersebut akan dipergunakan sebagai bahan produk jamu Sidomuncul yakni sekitar 20 ton per harinya, dan sisanya untuk dijual ke industri lain.
"Sebelumnya kami punya satu line bahan baku, lalu sekarang kami tambah dua line sehingga total ada tiga line," ujarnya di sela acara Bakti Sosial Operasi Katarak di atas Kapal KRI Soeharso 990, Koarmatim Surabaya, Selasa (25/11/2014).
Selain itu, lanjut Irwan, Sidomuncul saat ini juga tengah mengembangkan bahan baku untuk energi dari biomas dalam bentuk chip dan dijual dengan harga sekitar Rp900/kg.
"Nanti 19 Desember ini biomas mulai diproduksi. Biasanya biomas ini digunakan dan dicampurkan langsung dalam produksi jamu, tetapi kalorinya sedikit. Kalau dibuat chip maka kalorinya biasa lebih tinggi mencapai 5.300 kalori," jelasnya.
Dia menambahkan bahan baku tersebut selama ini sangat dibutuhkan oleh industri obat dan jamu, bahkan di Korea butuh ribuan ton bahan baku tersebut sehingga pengembangan bahan baku tersebut sangat berpotensi.
Irwan memaparkan, sepanjang tahun ini pertumbuhan industri jamu tidak terlalu bagus yakni hanya tumbuh 4%-5%.
Padahal biasanya, industri jamu mampu tumbuh hingga di atas 10%.
"Ini kan tahun sulit, semua sektor kena, semua sektor terpengaruh. Walau bahan bakar minyak (BBM) naik, kami tidak bisa begitu saja menaikkan harga produk, toh daya beli masyarakat juga masih bagus," ujarnya.
Dia menambahkan selain daya beli masyarakat, adanya kompetisi produk jamu juga menjadi pertimbangan perusahaan untuk melakukan penyesuaian harga. "Kalau pun harus naik harganya, paling banyak naik 5%-10%," imbuh Irwan.
Untuk meningkatkan pendapatan perseroan, baru-baru ini Sido Muncul telah mengakusisi industri farmasi PT Berlico Mulia Farma pada 1 September 2014. Akusisi tersebut dilakukan karena Berlico dianggap memiliki pasar yang besar.
"Dari pengalaman saya, obat herbal dan obat itu sangat dibutuhkan, keduanya saya butuhkan saat saya sakit. Makanya kami mengakusisi perusahaan itu supaya produksi kami bisa seimbang," jelasnya.