Bisnis.com, BANDUNG—Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia mendesak pemerintah memperbaiki sektor perunggasan nasional jelang diberlakukannya pasar bebas Asean tahun depan.
Ketua PPUI Ashwin Pulungan mengatakan jika sektor perunggasan nasional tidak diperbaiki, dikhawatirkan akan tersaingi atau kalah dengan perunggasan negara Asia Tenggara lainnya.
Dia mengatakan permintaan produk peternakan ke depan akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan penduduk.
“Saat ini saja sektor perunggasan nasional sudah kalah sama Malaysia. Padahal, Indonesia potensi untuk memperbaiki sektor ini lebih besar, “ katanya kepada Bisnis.com, Minggu (16/11/2014).
Menurutnya, peternak rakyat saat ini memerlukan adanya roadmap dan business plan yang jelas dan memajukan peternak serta meniadakan ego sektoral.
Dia mencontohkan seperti perbaikan manajemen impor grand parent stock (GPS), pemberian izin impor guna melindungi kepentingan peternak, serta keseimbangan supply and demand day old chick (DOC) mendesak diperbaiki.
"Jika tidak ada perbaikan maka sektor perunggasan nasional kian tertekan terutama pada peternak rakyat. Sekarang saja, di negeri sendiri peternak rakyat sudah kalah daya saingnya dengan penanam modal asing [PMA]," ujarnya.
Dia beralasan pangsa pasar PMA selama ini sudah terintegrasi mulai dari industri pakan hingga pembibitan. Lemahnya daya saing peternak rakyat karena masih terjebak dalam ekonomi biaya.
Apalagi, katanya, saat pasar bebas Asean secara otomatis peternak rakyat harus bersaing dengan peternak dari berbagai negara di Asean.
Dia beralasan sektor ini berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi nasional karena bisa menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
Pemerintah Didesak Benahi Perunggasan Jelang MEA 2015
Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia mendesak pemerintah memperbaiki sektor perunggasan nasional jelang diberlakukannya pasar bebas Asean tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Adi Ginanjar Maulana
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
10 jam yang lalu