Bisnis.com, SUKABUMI - Ratusan pasien Rumah Sakit Umum Daerah R Syamsudin SH Kota Sukabumi atau lebih dikenal Bunut tidak tertampung bahkan pasien unit gawat darurat terpaksa dirawat di lorong pintu masuk rumah sakit.
"Kami merasa prihatin dengan kondisi seperti ini walaupun luas dan jumlah ruangan serta tempat tidur untuk pasien rawat inap ditambah, tetapi selalu tetap kurang karena jumlah pasien lebih banyak dari petugas medis dan ruangan," kata Wali Kota Sukabumi M Muraz, Kamis (23/10/2014).
Mayoritas pasien UGD yang dirawat di lorong pintu masuk rumah sakit tersebut adalah pasien Jaminan Kesehatan Masyarakat/Daerah. Bahkan, tidak sedikit dari pasien kelas I dan II yang menggunakan kartu ASKES tidak mendapatkan ruang rawat inap karena sudah penuh.
Menurut Muraz, pasien yang dirawat di RSUD ini tidak hanya warga Kota Sukabumi saja, tetapi banyak dari daerah luar seperti Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Bogor bahkan Provinsi Banten. Bahkan, mayoritas pasien berasal dari luar Kota Sukabumi atau sekitar 60%-70% dari total pasien.
Untuk itu, pihaknya sudah membuat notakesepahaman dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk menanggulangi permasalahan ini yang rencananya akan menggunakan rumah dinas Wakil Bupati Sukabumi di Jalan Siliwangi, Kota Sukabumi.
Selain itu, menambah ruangan baru bernama Anyelir kelas VIP untuk pasien mengengah ke atas dan pengguna kartu jaminan kesehatan dari perusahaan atau asuransi.
"Memang tidak manusiawi jika melihat pasien terpaksa dirawat di lorong pintu masuk yang sudah dipastikan pasien akan terganggu dengan hilir mudik penjenguk dan pasien baru. Dengan adanya kerjasama dengan pemkab ini dan dibangunnya ruang perawatan baru diharapkan bisa sedikit mengatasi permasalahan ini," tambahnya.
Muraz mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan manajemen Bunut untuk terus menambah dan memperluas rumah sakit agar semua pasien bisa tertampung dan tidak lagi ada pasien UGD yang terpaksa dirawat di lorong.
Direktur Utama RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi, Suherman mengakui jumlah pasien setiap harinya membludak, dengan ruangan yang tidak sebanding.
Banyak pasien UGD yang seharusnya sudah masuk ruang rawat inap terpaksa harus dirawat beberapa waktu di lorong karena penuhnya ruangan.