Bisnis.com, JAKARTA—Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II M. Chatib Basri menilai tantangan perekonomian bagi Indonesia pada tahun depan lebih berat ketimbang ketika berhadapan dengan tapering Bank Sentral AS pada 2013.
“Oleh karena itu, pemerintah perlu segera mempersiapkan langkah antisipatif untuk menghadapi situasi tersebut karena mungkin kondisinya akan jauh lebih berat dibandingkan dengan 2013 yang lalu,” ujarnya.
Chatib menjelaskan Indonesia akan dihadapkan risiko terjadinya arus modal keluar (capital outflow) seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian AS. Lebih jauh, capital outflow akan memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah, alhasil rupiah akan kian melemah.
Dia menilai melemahnya rupiah akan berimbas terhadap meningkatnya imbal hasil pinjaman yang harus dibayarkan. “(Kalau) rupiahnya melemah, itu akibatnya akan ada pada yield pinjaman kita, sehingga kita harus membayar pinjaman itu dengan lebih mahal.”
Pada akhirnya, sambung Chatib, meningkatnya imbal hasil pinjaman yang dibayar akan mengakibatkan beban anggaran menjadi semakin berat. “Kalau utangnya besar, pinjamannya mahal, maka biaya dari budget-nya akan jauh lebih berat,” katanya.
