Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah diharapkan mempercepat penerapan benih jagung hibrida kepada petani lokal untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak yang diperkirakan meningkat hingga 3kali lipat dalam 5 tahun mendatang.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman mengatakan kebutuhan pakan ternak yang tinggi ditenggarai oleh perkiraan pertumbuhan industri unggas yang terus meningkat, sedangkan produksi jagung lokal belum mampu mencukupi kebutuhan.
“Dalam 5 tahun kedepan kami perkirakan bisa 3 kali lipat. Kalau sekarang 7,5 juta ton, kita akan butuh 15 juta ton,” katanya kepada Bisnis, (9/10/2014).
Sudirman mengatakan target pertumbuhan industri unggas memang hampir pasti meleset, yakni mencapai 8% dari semula yang diharapkan mencapai 12%. Hal tersebut membuat target impor jagung yang mencapai 3,6 juta ton pada tahun ini, diyakini mencapai 3,2 juta ton saja.
Namun, dia memperkirakan pertumbuhan industri unggas hingga 12% akan tercapai pada tahun depan karena pertumbuhan ekonomi yang ditaksir lebih baik. Sehingga pemerintah diminta untuk mendorong intensifikasi dan ekstensifikasi jagung dalam negeri, daripada membuka kuota impor yang semakin besar.
“Pemerintah bisa memberikan insentif dalam distribusi khususnya di sentra-sentra jagung untuk mempercepat penggunaan hibrida. Karena, kita ketahui memang sulit untuk membuka lahan baru,” tuturnya.
Dia mengatakan hal tersebut akan efektif dibandingkan mengimpor jagung sebesar 3,5 juta ton atau setara dengan US$ 1 miliar. Selain kualitas jagung dalam negeri lebih baik, Indonesia juga dapat menghemat devisa yang bisa dialihkan untuk kesejahteraan petani.