Bisnis.com, JAKARTA — Akibat melemahnya nilai impor Januari-Agustus 2014 dibandingkan dengan tahun lalu, pemerintah memperkirakan nilai investasi langsung (direct investment) pada 6-12 bulan ke depan akan melempem, sekaligus mengoreksi pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, capaian impor Januari-Agustus 2014 mencapai US$118,82 miliar, turun US$6,01 miliar atau 5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$124,83 miliar.
Dari total impor Januari-Agustus 2014, nilai impor bahan baku/penolong berkontribusi sebesar 76,61% atau US$91,04 miliar.
Sementara, barang konsumsi memiliki porsi 7% dengan nilai US$8,3 miliar dan barang modal sebesar 16,40% atau sebesar US$19,48 miliar.
Dari ketiga penggunaan impor barang tersebut, kinerja impor barang modal paling menyusut, yakni turun 7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Adapun, barang konsumsi menciut 4,65% dan bahan baku/penolong sebesar 4,35%.
Wakil Menteri Keuangan Bambang P.S Brodjonegoro menilai kinerja impor, terutama impor barang modal dan perlengkapannya tidak bisa turun lebih jauh lagi karena Indonesia masih membutuhkan investasi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
“Jadi menurut saya, kalau kinerja impor turun terus maka akan ada indikasi jika investasi pada 6-12 bulan itu tidak akan segencar biasanya, otomatis pertumbuhan ekonomi akan kian terkoreksi,” katanya.
Kendati demikian, lanjut Bambang, stabilisasi perekonomian Indonesia lebih penting ketimbang mengejar pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya.
Apalagi, Indonesia akan berhadapan dengan kondisi eksternal yang tidak menguntungkan dalam waktu dekat.
Untuk menghadapi kondisi eksternal tersebut, dia menilai defisit transaksi berjalan Indonesia harus terus dikendalikan atau dikurangi hingga batas yang aman.
Dengan kata lain, neraca perdagangan ke depan harus mampu surplus secara konsisten.
“Makanya perlu ada usaha lebih. Apakah impor harus dikurangi, atau menggenjot ekspor. Tetapi, eskpor juga jangan bergantung ke sektor komoditas mengingat harga komoditas masih menurun. Oleh karena itu, eskpor nonkomoditas harus juga didorong,” tuturnya.