Bisnis.com, JAKARTA- Dewan Penasehat Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Asril Sultan mengatakan peremajaan lahan (replanting) dan peran penyuluh perkebunan merupakan poin yang harus prioritaskan pemerintah guna membenahi komoditas karet.
Pasalnya, dia memaparkan kondisi perkebunan karet kini semakin mengkhawatirkan, dan akan terus melorot hingga 2016 jika pemerintah tidak mencari solusi.
“Selama 2009-2012, harga karet pernah mencapai US$ 5,6, namun kini hanya US$ 1,6 saja,” katanya, Kamis (18/9/2014).
Dia mengatakan perekonomian global yang sedang tidak stabil membuat permintaan karet terus menurun. Hal tersebut diperparah dengan kondisi over supply 200.000 ton karet yang mayoritas diproduksi dari Laos, Myanmar, dan Vietnam.
Hal tersebut membuat 20% petani karet di Indonesia lebih memilih mengganti lahannya dengan kelapa sawit yang dinilai lebih menguntungkan. Pasalnya, Asril mengatakan harga karet sangat merugikan petani, dengan harga beli tingkat petani mencapai Rp5000-6000/kg saja.
Padahal, dia melanjutkan, biaya produksi untuk karet mencapai Rp7500.
“Pemerintah harus replanting minimal 3% per tahun, untuk menciptapkan klon unggul karena kita tidak bisa bersaing dengan produsen karet lainnya yang sudah menerapkan ini,” katanya.
“Dan juga peran penyuluh pertanian lapangan untuk mengedukasi itu penting,” tambahnya.
Dia memprediksi produksi karet akan terus turun, mengingat harga yang masih menekan dan tidak adanya kepastian memproduksi karet di dalam negeri.
“Tahun lalu produksi 3,1 juta. Dua tahun akan turun, tahun ini prediksi hanya di 2,8 juta ton, tahun depan 2,8 juta ton sudah bagus bisa 3 juta ton,” katanya.
KARET: Gapkindo Prioritaskan Replanting dan Penyuluh Perkebunan
Dewan Penasehat Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Asril Sultan mengatakan peremajaan lahan (replanting) dan peran penyuluh perkebunan merupakan poin yang harus prioritaskan pemerintah guna membenahi komoditas karet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Irene Agustine
Editor : Linda Teti Silitonga
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
2 jam yang lalu