Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gapperindo Sesalkan Pengembangan Karet Jalan di Tempat

Kalangan petani perkebunan menyayangkan upaya pengembangan karet Indonesia yang berjalan di tempat. Padahal Malaysia sebagai pesaing utama telah melakukan riset-riset yang terus mengalami kemajuan dibidang ini.

Bisnis.com, BANDUNG—Kalangan petani perkebunan menyayangkan upaya pengembangan karet Indonesia yang berjalan di tempat. Padahal Malaysia sebagai pesaing utama telah melakukan riset-riset yang terus mengalami kemajuan di bidang ini.

Ketua Badan Pengawas Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Mulyadi Sukandar menilai tantangan utama di sektor karet adalah isu sustainability dan ketertelusuran bahan baku karet alam dalam produksi Green Tyre di Uni Eropa.

"Jika ingin kita bisa saja menerapkan konsep sustainability, masalahnya petani butuh bantuan pemerintah untuk upaya intensifikasi dan rehabilitasi," kata Mulyadi, Kamis (18/9).

Dia mengatakan ekspor karet alam Indonesia, terutama yang berasal dari perkebunan rakyat, selama ini kerap dipermasalahkan mutunya. Hal tersebut menurutnya terjadi akibat kurangnya campur tangan pemerintah dalam melakukan pengawasan dan permodalan.

Selain masalah mutu, Mulyadi mengatakan, bantuan pemerintah pun terlihat minim dalam melakukan upaya pembukaan pasar ekspor baru.

Padahal kondisi karet alam dunia saat ini sedang menghadapi tantangan berat dengan menurunnya harga karet hingga mencapai USD1,64/kg.

Menurutnya, tekanan dari pembeli akan terus berlanjut terutama dengan berkembangnya isu tingginya tingkat persediaan karet di negara konsumen terutama di Tiongkok, sehingga berdampak pada merosotnya harga pasaran karet dunia saat ini.

"Pemerintah harus terus melakukan kampanye Standard Indonesian Rubber (SIR) kepada negara-negara mitra dagang agar ekspor karet alam tidak lagi dikenakan discount oleh buyer," ujar Mulyadi.

Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) Jawa Barat menyatakan saat ini produksi karet di kawasan itu semakin menurun dipicu kondisi pohon yang sudah tua.

Penasihat Apkarindo Jabar Iyus Supriatna mengatakan kondisi tersebut mengakibatkan margin keuntungan yang didapatkan petani semakin kecil.

Dia menyebutkan mayoritas tingkat produksi karet di Jabar hanya 500 kg kering per hektare. Sementara idealnya produksi karet kering bisa mencapai 2 ton per ha.

“Kondisi ini mengancam produksi karet di Jabar. Perhatian pemerintah selama ini masih kurang," katanya kepada Bisnis.

Agar keuntungan meningkat, maka produksi karet harus digenjot sehingga margin yang diperoleh memadai.

Dia mengatakan untuk peremajaan pohon karet pemerintah harus menggunakan klon unggul yang direkomendasikan Pusat Penelitian Karet.

“Hal ini berdampak kepada peningkatan pendapatan petani serta devisa negara," ujarnya.

Kalau tidak ada upaya untuk meningkatkan produksi, lanjutnya, sulit bagi petani karet untuk bertahan di tengah merosotnya harga karet di pasar internasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper