Bisnis.com, JAKARTA -- Kebutuhan logam besi baja di dalam negeri pada tahun depan diperkirakan mencapai 13 juta ton. Sementara pemenuhan permintaan tahun ini dari industri domestik belum 100%.
Direktur Industri Material Logam Dasar Ditjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Irmawan mengatakan tren permintaan logam besi baja terus meningkat.
Pada 2015, kebutuhannya sangat dipengaruhi kebijakan kabinet baru terhadap akselerasi proyek infrastruktur.
“Saya harap dengan pemerintah baru bisa lebih mempercepat proyek infrastruktur sehingga kebutuhan barang logam lebih tinggi lagi,” tuturnya, di Jakarta, Senin (15/9/2014).
Pada tahun ini kebutuhan logam besi baja di Tanah Air diperkirakan sebanyak 12 juta ton.
Prognosis permintaan sejumlah 13 juta ton pada tahun depan menunjukkan adanya pertumbuhan sekitar 8,3% terhadap target tahun ini.
Budi menyatakan belum semua kebutuhan dipenuhi dari produksi dalam negeri, terdapat impor sekitar 40% dari kebutuhan.
Kapasitas produksi terpasang untuk crude steel domestik kini berkisar 4 juta ton. Ketika sudah diolah menjadi produk maka jumlahnya menjadi 8 juta ton.
“Sekarang utilisasi pabrik kita agak rendah 60% sampai 70% karena ada beberapa spesifikasi yang belum bisa dibuat di dalam negeri,” ucapnya.
Sepanjang semester pertama tahun ini industri logam dasar besi dan baja tumbuh 1,42%. Persentase ini menyusut drastis terhadap pertumbuhan pada semester pertama tahun lalu mencapai 12,47%.
Kondisi ini terpengaruh depresiasi rupiah, kenaikan upah pekerja, lonjakan tarif setrum, dan pilpres.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kemenperin diketahui sepanjang tahun lalu industri logam dasar besi dan baja tumbuh mencapai 6,93%.
Perindustrian menilai sukar untuk mengukir pertumbuhan lebih tinggi dari realisasi tahun lalu.
“Kalau untuk tahun ini seperti sudah tidak bisa terkejar [pertumbuhan setinggi tahun lalu],” ucap Budi.
Kemenperin memproyeksikan bisnis pada semester II/2014 lebih bergeliat. Pasalnya iklim politik cenderung lebih stabil selepas pemilihan presiden dan wakilnya.
Suasana politik yang sempat memanas jelang dan paskapilpres membuat pebisnis menahan diri.
Pada tahun ini kementerian menargetkan pertumbuhan investasi mencapai 50% dari realisasi tahun lalu US$8 miliar.
Jika persentase ini tercapai artinya ada kapital baru yang tertanam di Tanah Air mencapai US$12 miliar.
Mayoritas investasi baru mengalir ke industri besi dan baja, pengolahan nikel, bauksit, serta industri pengolahan hilir.
Untuk investor tembaga masih sulit karena secara bisnis keuntungan yang didapat relatif kecil.
Minat investasi tidak hanya dipengaruhi stabilitas politik dan ekonomi domestik tetapi juga ketersediaan energi, misalnya listrik.
Investor tidak hanya membutuhkan jaminan pasokan energi melainkan pula harga yang sesuai keekonomian bisnis.