Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hindari Pakan Impor, Silo Diperbanyak

Pemerintah diminta memperbanyak silo untuk mengatasi impor jagung yang selama ini dilakukan. Hal ini dilakukan untuk meredam kekhawatiran peternak dibayangi harga pakan yang terus merangkak mahal.
Pakan ternak/Ilustrasi
Pakan ternak/Ilustrasi

Bisnis.com, BANDUNG — Pemerintah diminta memperbanyak silo untuk mengatasi impor jagung yang selama ini dilakukan. Hal ini dilakukan untuk meredam kekhawatiran peternak dibayangi harga pakan yang terus merangkak mahal.

Ketua Persatuan Pengusaha Unggas Indonesia (PPUI) Ashwin Pulungan mengatakan selama ini pada umumnya jagung dijual petani dalam bentuk produk segar.

Dengan pola tersebut, katanya, tidak ada nilai tambah pada tingkat petani sehingga harga lebih rendah jika dibandingkan dengan bahan baku yang telah diolah.

“Selama ini pabrik pakan ternak tidak mau menerima jagung dari petani karena kadarnya masih terlalu basah, sementara mereka ingin yang kering. Akibatnya, pabrik lebih memilih jalan impor dari luar,” katanya kepada Bisnis, Minggu (14/9/2014).

Oleh karena itu, katanya, pemerintah harus memperbanyak dan mengoptimalkan silo dengan sistem resi gudang.

Ashwin menjelaskan beberapa keunggulan silo antara lain berfungsi menyimpan jagung dalam kapasitas besar, mengendalikan suhu jagung agar tetap kering, serta menghindari serangan hama.

“Meski pengeluaran di awal lebih besar namun biaya pemeliharaan silo lebih hemat dan praktis,” ujarnya.

Dia mengatakan peranan silo dalam sistem resi gudang dapat dirasakan saat musim panen raya jagung. Ketika panen raya, katanya, harga jagung kerap anjlok dan akan meningkat kembali beberapa bulan setelahnya.

“Agar harga jual jagung tetap tinggi, jagung yang dikeringkan tidak langsung dijual, namun disimpan selama beberapa waktu menunggu harga jual naik,” ujarnya.

PPUI menjelaskan jika pemerintah tidak mampu merealisasikan silo untuk kalngan petani maka peternak perunggasan nasional terutama rakyat diyakini tidak akan mampu bersaing pada perdagangan bebas Asean tahun depan.

Menurutnya, saat ini negara seperti Malaysia sudah mempersiapkan berbagai infratruktur untuk menekan harga pakan unggas.

“Luar negeri itu sudah melakukan efisiensi dari jauh-jauh hari, sementara Indonesia hingga sekarang infrastruktur masih jauh tertinggal dengan negara lain,” katanya.

Dia menjelaskan hal ini akan menjadi ancaman utama pakan dalam negeri ketika berhadapan dengan negara lain. Padahal, kualitas produk Indonesia bisa lebih unggul.

“Jika dilihat dari sisi biaya pakan Indonesia lebih mahal hingga 20% dari Malaysia. Padahal negara tersebut masih mengimpor bahan baku dari luar untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak,” ungkapnya.

Selain harga pakan di Indonesia yang mahal, katanya, kondisi tersebut berimbas pada mahalnya harga day old chick (DOC) yang mahal pula sehingga sulit untuk bisa bersaing dengan negara lain.

Dinas Peternakan Jawa Barat mengakui jika bahan baku pakan jagung selama ini mayoritas masih diimpor dari luar negeri sehingga hal ini berimbas pada harga jual ayam potong yang ikut merangkak.

Kepala Disnak Jabar Doddy Firman Nugraha mengatakan harga jual ayam dalam beberapa hari terakhir saat ini mencapai Rp36.000-Rp38.000 per kilogram yang dianggap cukup mahal. “Hal ini akibat harga pakan impor yang terus merangkak sebab sekitar 60 % pakan masih impor sehingga berdampak pada harga jual daging ayam,” katanya.

Adapun untuk DOC Jabar tidak mengalami kekurangan stok bahkan surplus. “Kebutuhan DOC Jabar sekitar 5.000 ekor per bulan, namun saat ini ketersediaan DOC mencapai 6.000 ekor," ujarnya.

Sementara itu, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat terus menggenjot produksi jagung guna memenuhi kebutuhan pakan ternak.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Diperta Jabar Uneef Primadi mengatakan produktivitas komoditas jagung pada 2014 mencapai 7,2 ton per hektare.

Secara nasional Jabar berhasil mencapai produktivitas tertinggi, karena rata-rata produktivitas nasional hanya sebesar 5,3 ton per ha.

Dia menyebutkan realisasi produksi jagung pada semester I/2014 mencapai 832.367 ton pipilan kering (PK) dari target sepanjang 2014 sebesar 1.102.505 ton. “Kami yakin upaya peningkatan itu dapat direalisasikan, karena minat petani untuk menanam jagung masih tinggi,"katanya.

Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan pakan ternak pihaknya memfasilitasi dengan pertemuan kemitraan.

Dia menjelaskan beberapa pengusaha yang berinvestasi jagung di sektor hulu sudah ada banyak dan tinggal dioptimalisasikan. "Hampir 70% produksi diserap industri pakan ternak, terlebih Jabar jadi sentra unggas. Sedangkan untuk konsumsi hanya sekitar 30%," ujarnya.(

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper