Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASAR KOSMETIKA Diramal Capai 88 Triliun, Produk Thailand Dominasi Impor

Pebisnis di industri kosmetika memproyeksikan perputaran bisnis pada tahun ini merangkak sejauh 10% hingga 12% terhadap realisasi tahun lalu.nn
Ilustrasi/jibiphoto
Ilustrasi/jibiphoto

Bisnis.com, JAKARTA—Pebisnis di industri kosmetika memproyeksikan perputaran bisnis pada tahun ini merangkak sejauh 10% hingga 12% terhadap realisasi tahun lalu.

Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi) Putri K. Wardhani mengatakan keseluruhan pasar industri kosmetika dan turunannya mencapi Rp80 triliun pada tahun lalu. “Ini mencakup produk lokal maupun impor,” katanya, Selasa (9/9/2014).

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat kosmetika impor mayoritas berasal dari Thailand. Sepanjang periode April 2011 – Maret 2014, pembelian produk ini dari luar negeri mencapai 32.960 ton setara dengan US$117,24 juta, 96%-nya dari Negeri Gajah Putih.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sekarang bertengger di posisi ke-16, berdasarkan pertumbuhan produk domestik bvruto (PDB), sebesar 5,78% pada tahun lalu, sedangkan industri berkontribusi 23,69%. Sejalan dengan ini industri kosmetika nasional juga memperlihatkan tren positif kendati impor belum surut.

Keseluruhan impor produk hasil industri selama April 2011 – Maret 2014 paling banyak berupa barang bahan baku/penolong dan barang modal. Porsi bahan baku dan bahan penolong 65,49%, barang modal 26,62%, dan 7,89% lainya barang konsumsi.

“Kebutuhan bahan baku kosmetika mungkin masih 50% dari dalam negeri dan 50% impor. Ini sudah lebih baik dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu,” ucap Putri.

Kendati demikian industri komestika turut berkontribusi terhadap ekspor Indonesia. Pasar global yang ditembus kosmetika lokal ialah Asean, Jepang, Timur Tengah, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain di Afrika.

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan ekspor kosmetika pada 2012 tumbuh sekitar tiga kali lipat menjadi Rp9 triliun dari Rp3 triliun pada tahun sebelumhya. “Kosmetika memberi hasil yang baik dari segi produksi, ekspor maupun serapan tenaga kerja,” tuturnya.

Kemenperin mencatat khusus untuk penjualan di dalam negeri pada tahun lalu mencapai Rp11,2 triliun dari, tumbuh 15% dari Rp9,7 triliun pata tahun sebelumnya. Melalui 760 perusahaan kosmetika di Tanah Air terserap sekitar 75.000 tenaga kerja langsung dan 600.000 pekerja tak langsung.

Pada sisi lain, imbuh Hidayat, pelaku industri harus mewaspadai peredaran barang impor ilegal. “Selain tidak memenuhi standar kesehatan juga akan menimbulkan kompetisi tidak sehat dengan produk legal,” ujarnya.

Kondisi tersebut perlu menjadi perhatian industri kosmetika di dalam negeri. Apalagi pada akhir tahun depan Indonesia akan menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) kendatipun industri kosmetika sudah menerapkan Asean Cosmetic Directives (ACD) sejak 2011.

Secara keseluruhan Kemenperin menginginkan industri kosmetika, jamu, dan obat tradisional dapat meningkatkan kreativitas. Dengan kata lain, pengembangan dan inovasi produk harus mengikuti perkembangan zaman.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper