Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah memperkirakan hanya mampu mencapai 94% dari target penerimaan bea keluar tahun ini senilai Rp20,6 triliun menyusul ekspor mineral yang di bawah ekspektasi dan pelemahan harga komoditas.
Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai, Susiwijono Moegiarso mengatakan penerimaan bea keluar mineral mungkin hanya Rp1,4 triliun, jauh di bawah rencana Rp4,9 triliun.
“Kami agak khawatir karena sampai akhir Agustus, realisasinya tidak begitu menggembirakan. Kemungkinan target kami hanya 93%-94% tercapainya".
Ekspor konsentrat mineral yang diharapkan berjalan kembali pada semester II/2014 setelah penerapan bea keluar regresif, ternyata di bawah ekspektasi.
PT Freeport Indonesia, raksasa tambang penyumbang besar penerimaan bea keluar, diperkirakan hanya mampu merealisasikan pengapalan tembaga 710.000-750.000 ton dari kuota 940.000 ton yang diberikan hingga 25 Januari 2015.
Sementara itu, tren pelemahan harga minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya masih berlangsung. Ditambah dengan tarif ekspor komoditas itu, penerimaan bea keluar mungkin hanya Rp15,5 triliun.
“Kami agak khawatir karena sampai akhir Agustus, realisasinya tidak begitu menggembirakan. Kemungkinan target kami hanya 93%-94% tercapainya,” katanya Selasa (2/9/2014).
Berdasarkan data Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu, realisasi bea keluar hingga Juli 2014 hanya Rp7,9 triliun atau 38,1% dari target tahun ini Rp20,6 triliun.
Susiwijono mengatakan realisasi ekspor Freeport yang di bawah kuota terjadi karena pasar telanjur diisi oleh kompetitor setelah perusahaan tambang asal Negeri Paman Sam itu menghentikan aktivitas ekspor sejak 12 Januari 2014, bersamaan dengan larangan ekspor bijih mineral dan penetapan bea keluar progresif bagi konsentrat mineral.
“Bayangan saya dulu, Freeport punya stockpile, berapapun dijual, ludeslah. Ternyata, tidak semudah itu,” ujar Susiwijono.
Dia berharap ekspor tembaga PT Newmont Nusa Tenggara bisa menambah penerimaan Rp480 miliar jika nota kesepahaman antara pemerintah dengan pemegang kontrak karya tambang tembaga dan emas Batu Hijau itu diteken.
“Itu kalau benar mereka realisasikan ekspor 270.000 ton. Kalau nanti tidak ada realisasi itu, ya nyerah lagi kita,” ujarnya.