Bisnis.com, JAKARTA- Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak menyatakan uji coba empat teknologi di jalan Pantura ruas Ngawi-Bonegoro karena sifat tanahnya cepat mengembang dan langsung menyusut ketika kering.
Akibatnya jalan menjadi retak-retak dan akhirnya rusak. Untuk itu solusi yang dilakukan kementeriannya adalah menutup seluruh permukaan tanah agar kondisinya menjadi stabil. Setelah dilihat umur pakai dari masing-masing teknologi, maka akan ditetapkan teknologi terbaik.
Penggunaan teknologi rigid pavement (Beton), pile slab (Jembatan melayang), cakar ayam , dan sarang laba-laba menurutnya bukan merupakan proses coba-coba. Penggunaan teknologi ini disesuaikan dengan kondisi geografi jalan yang dilewati.
Namun, pihaknya sudah menemukan beberapa kelemahan dalam teknologi yang diterapkan ini. Betonisasi jalan yang dilakukan secara parsial pada sisi yang masih berupa aspal akan ditemukan retak karena tekanan yang tidak sama. Selain itu beton juga sangat tergantung dengan sistem drainase, karena begitu rusak maka akan dilakukan pembongkaran pada seluruh bagian.
"Begitu pecah harus dibongkar semua," tutur Hermanto di Jakarta, Kamis (12/6/2014).
Sementara itu untuk teknologi pile slab kendala utamanya adalah mahalnya biaya yang harus disediakan. Jalan yang dibangun dengan metode jembatan layang ini harus menyediakan tiang penyangga jalan yang sangat banyak dan mengakibatkan mahalnya biaya.
Hermanto juga mengingatkan untuk menyelesaikan masalah Pantura maka harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pondasi jalan yang menjadi jalur logistik kota besar di pulau jawa ini.
"Kalau jalan tol (Trans Jawa) sudah selesai, masalahnya akan selesai," tutur Hermanto yang juga Wakil Ketua Persatuan Insinyur masa bakti 2010-2015 ini.