Bisnis.com, PHOENIX, Arizona—Sebanyak 30 airlines yang sebagian besar berasal dari negara-negara di Asia telah menyatakan minat untuk mengadopsi electric green taxiing system (EGTS) sebagai bagian dari program efisiensi biaya operasional pesawat.
Jim Fusaro, Vice President, Honeywell Aerospace, mengatakan EGTS merupakan teknologi efisiensi yang memanfaatkan mesin turbin auxiliary power unit (APU) sebagai sumber tenaga listrik. Melalui sistem ini, biaya operasional atas penggunaan avtur saat taxi dapat ditekan hingga 50%.
“Sistem ini sangat efektif mengurangi biaya karena ketika taxi , pesawat tidak lagi menyalakan mesin jet utama untuk mendorong pesawat saat bergerak di landasan,” katanya pada acara peringatan 100 tahun bisnis Honey well, Kamis (22/5/2014) waktu setempat.
Akan tetapi, Fusaro enggan mengungkapkan nama maskapai yang dimaksud, termasuk nilai uji coba atas pengembangan EGTS ini.
Dia hanya mengatakan minat para maskapai itu sangat tinggi karena biaya operasional terbesar pesawat komersial sejatinya terletak pada penggunaan avtur yang dapat mencapai 50%. Adapun rata-rata konsumsi avtur di darat sekitar 6% dari total penggunaan avtur pesawat.
Penggunaan avtur di darat itu terjadi ketika mesin pesawat dinyalakan untuk berjalan menjelang lepas landas maupun bergerak setelah mendarat. Dengan begitu, penggunaan EGTS tersebut akan menekan konsumsi avtur di darat menjadi 3%.
“Dalam uji coba kami, total penghematan satu pesawat seki-tar US$272.000 per tahun. Kalau maskapai punya puluhan pesawat maka penghematan dapat mencapai jutaan dolar AS.”
Fusaro menuturkan Honeywell bekerja sama dengan Safran SA yang merupakan perusahaan pembuat komponen pesawat dari Prancis dalam pengembangan EGTS ini. Teknologi baru ini didemonstrasikan pada Juni 2013 dengan menggunakan pesawat Airbus A320 dalam acara Paris Air Show.
“Hingga kini Honeywell telah menguji coba 80 pilot dan mereka sangat terkesan dengan EGTS.”
Selain mampu menghemat avtur secara signifikan, minat terhadap EGTS ini juga terkait dengan pergerakan pesawat di darat yang tak lagi mengandal-kan dorongan mesin jet untuk bergerak.
Melalui EGTS yang juga telah diterapkan pada pesawat Boeing 737 ini, pesawat bahkan mampu bergerak mundur di darat sehingga tidak mem-butuhkan bantuan traktor saat parkir atau mengarahkan pesa-wat ke landasan utama. “Banyak sekali yang dihemat, tidak hanya avtur tapi juga akan mengurangi jasa tenaga kerja di bandara.”
SISTEM KEAMANAN
Pada bagian lain, Daniel Wenninger, Senior Director Head of A350 XWB US Program, menuturkan kerja sama Airbus dengan Honeywell telah dirintis pada 2007, meliputi penyedia-an paket komprehensif untuk produk-produk mekanikal dan avionics. “Kerja sama dengan Honeywell dapat menghasilkan efisiensi suku cadang dan juga menjaga sistem safety ,” ujarnya.
Daniel memberi contoh teknologi Air System Integration Bench yang a.l. mengintegrasikan sistem ventilasi, pendingin, hingga APU. Menurutnya, Airbus A350 merupakan pesawat karbon fiber paling ekonomis yang menggunakan teknologi Honeywell.
Hingga kini, permintaan global untuk pesawat Airbus ter-anyar A350-900 mencapai 814 unit dari 39 pelanggan di seluruh negara. Adapun permintaan A350-900 pertama yang akan disiapkan pihak Airbus berasal dari Qatar. Permintaan yang masuk dalam lini produksi akhir MSN06 tersebut sudah dirakit dan segera diserahkan kepada Qatar Air ways.
“Terhadap pesanan Qatar ter sebut kami tengah melakukan test dan ground checking. Permintaan itu akan diserahkan pada kuartal 3 tahun ini,” tutur Daniel.
Dia meyakini produksi pesawat A350 akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan trafik di seluruh dunia yang mencapai dua kali lipat dalam 15 tahun ke depan.
Dia mengatakan final assembly line produksi A350 pada pertengahan 2014 mencapai 5 unit dan terus akan ditingkatkan hingga 10 unit pada 2017.