Bisnis.com, SEMARANG - Lantaran berbelitnya pemanfaatan kayu alam, produsen kayu olahan di Jawa Tengah beralih menggunakan kayu rakyat untuk membuat produk barecore yang diminati China, Taiwan, dan Timur Tengah.
Ketua Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia (ISWA) Jateng Wiradadi Soeprayogo menuturkan seiring melemahnya pasar Eropa dan Amerika Serikat, biaya operasional pabrik kayu olahan yang menggunakan kayu alam menjadi kurang ekonomis.
"Bahan baku kayu alam dari Papua dan Kalimantan harganya tinggi, tapi di pasar harga produk olahan sulit terangkat karena pasar melemah. Karena itu, sebagian besar produsen beralih ke bahan baku dari kayu rakyat," kata Wiradadi ketika dihubungi Bisnis.com, Senin (21/4/2014).
Wiradadi menuturkan saat ini sekitar 65% produksi ISWA Jateng berbahan baku kayu rakyat, seperti kayu sengon dan jabon. Bahan baku tersebut, utamanya dimanfaatkan untuk produk barecore dan block board.
"Barecore dengan kayu rakyat lebih mudah dijual, pasarnya terbuka, bahan baku juga gampang, tidak berbelit-belit seperti kayu alam yang sering dituding ilegal," ujarnya.
Akibat peralihan tersebut, serapan kayu rakyat untuk industri kayu olahan diproyeksi terus meningkat. Wiradadi memproyeksikan, 80 produsen kayu olahan anggota ISWA setidaknya membutuhkan 2,5 juta m3 bahan baku kayu rakyat per tahun.
"Serapan industrinya hampir 2,5 juta m3 per tahun. Ini diisi dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Sementara ini pasokan lancar," tuturnya.
Produksi barecore kayu rakyat, lanjutnya, sangat tergantung pada permintaan pasar. Pasar barecore yang terbesar adalah China. Selain itu, permintaan dari Taiwan dan Timur Tengah juga dinilai cukup tinggi.
"Kalau China ini kadang-kadang hit and run, apalagi ekonominya sedang lesu, hanya tumbuh sekitar 7%. Tapi sejauh ini permintaan masih bagus," kata Wiradadi.