Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Ilegal Benih Sidat Ke Malaysia & China Marak

Kendati telah dilarang, ekspor benih sidat atau glass eel dari Indonesia ke Malaysia dan China secara ilegal terus berlangsung. n
Ekspor benih sidat ke China dan Malaysia masih marak/JIBI
Ekspor benih sidat ke China dan Malaysia masih marak/JIBI
Bisnis.com, SEMARANG - Peraturan laragan eksporbenih sidat atau glass eel dari Indonesia ke Malaysia dan China secara ilegal terus berlangsung. 
 
Direktur Produksi Ditjen Perikanan Budidaya KKP Coco Kokarkin Soetrisno menuturkan di sektor budidaya air laut, Indonesia memiliki potensial untuk mengembangkan komoditas sidat. Namun, budidaya pembesaran sidat belum banyak diminati. 
 
"Sidat sebenarnya potensial. Tapi pembesarannya masih kurang banyak, baru ada di Cirebon, Sukabumi, Pelabuhan Ratu, dan Banyuwangi," kata Coco, Selasa (15/4). 
 
Coco mengatakan budidaya sidat di Cirebon dimiliki oleh investor asal China, sedangkan di Pelabuhan Ratu, Sukabumi investornya berasal dari Jepang dan Korea. Investor lokal yang terjun ke budidaya sidat hanya yang berlokasi di Banyuwangi. 
 
Terbatasnya minat investasi budidaya sidat, memicu ekspor benih ilegal. Pasalnya, benih yang ditangkap di alam, tidak terserap kalangan pembudidaya lokal. 
 
Sejak 2009, lanjutnya, pemerintah telah melarang ekspor benih sidat melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.18/2009 tentang Larangan Pengeluaran Benih Sidat (Anguilla Sp). Dalam regulasi tersebut, sidat yang boleh diekspor adalah yang berukuran lebih atau sama dengan 150 gram. 
 
Kendati sudah dilarang dengan beleid tersebut, benih jenis glass eel berukuran 0,17 gram, elfer 3 gram, dan finger ling 20 gram banyak diselundupkan ke luar negeri. 
 
"Benih sidat tidak boleh diekspor, tapi kenyataannya masih banyak penyelundupan lewat pelabuhan tikus. Yang terbesar itu ke Malaysia, setelah itu diekspor lagi ke Korea, Hongkong, China, dan Jepang," katanya.
 
Coco menuturkan ekspor ilegal juga didorong oleh tingginya nilai ekonomis benih sidat. Dari Indonesia, 1 Kg benih dijual seharga Rp15 juta, kemudian naik menjadi Rp30 juta/Kg. Ketika tiba di Jepang, harganya melambung 10 kali lipat menjadi Rp300 juta/Kg. 
 
"Korea dan Jepang itu punya budaya pembesaran sidat, jadi mereka juga kurang berminat untuk beli sidat dewasa. Dari 1 Kg benih ada sekitar 500 ekor sidat, kalau sudah dewasa harganya Rp500.000-700.000/Kg," katanya. 
 
Maraknya ekspor ilegal juga dikhawatirkan menurunkan populasi sidat di alam liar. Hal tersebut telah dialami oleh Jepang yang mengalami penurunan populasi sidat, bahkan diambang kepunahan. 
 
Berdasarkan data KKP, wilayah penangkapan ikan sidat jenis glass eel berada di Pelabuhan Ratu, Cilacap, Purworejo, dan Jember dengan kapasitas tangkapan mencapai 4.553 ton pada 2000 dan anjlok menjadi 1.149 ton pada 2010. 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper