Bisnis.com, JAKARTA—Ditjen Bea dan Cukai memperkirakan penerimaan bea keluar sepanjang kuartal I/2014 sebesar Rp3,44 triliun, atau turun 4,44% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp3,6 triliun seiring pelarangan ekspor mineral mentah.
Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai Susiwijono Moegiarso menilai tren penerimaan bea keluar sejak awal tahun mengalami penurunan. Dia merinci penerimaan bea keluar Januari sebesar Rp1,42 triliun, Februari Rp1,06 triliun dan Maret sekitar Rp0,96 triliun.
“Artinya, sampai kuartal I/2014 ini, penerimaan bea keluar diperkirakan sekitar 17,21% dari target sepanjang tahun ini Rp19,98 triliun. Memang agak sulit, kemungkinan bakal seperti tahun lalu, target bea keluar tidak tercapai kembali,” ujarnya ketika dihubungi, Jumat (11/4/2014).
Susiwijono menuturkan penurunan penerimaan bea keluar tersebut disebabkan belum adanya kontribusi dari mineral seperti konsentrat tembaga dan lain sebagainya, terutama ekspor dari dua perusahaan tambang terbesar seperti Freeport dan Newmont.
Berdasarkan perkiraannya, sebanyak 90,6% penerimaan bea keluar akan disumbang dari CPO dan turunannya. Sementara, kulit, kayu dan kakao menyumbang 1,4% dari total. Adapun mineral menyumbang 8% dari total.
“Oleh karena itu, diharapkan perusahaan Freeport dan Newmont dapat kembali melakukan ekspor, sehingga kembali berkontribusi terhadap penerimaan bea keluar, sekaligus mengejar target penerimaan dari bea,” katanya.
Pada tahun ini, Ditjen Bea dan Cukai lebih mengandalkan penerimaan dari cukai guna mengejar target penerimaan bea dan cukai pada tahun ini. Target penerimaan bea dan cukai APBN 2014 tercatat Rp170,2 triliun, atau naik 9,22% dari realisasi penerimaan bea cukai 2013.