Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Efek Gas Rumah Kaca, Perusahaan Sawit Dukung Penerapan ISPO

PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA), satu perusahaan perkebunan kelapa sawit, mendukung pengembangan sustainable palm oil dengan penerapan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Kebun Sawit/Jibi
Kebun Sawit/Jibi

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA), satu perusahaan perkebunan kelapa sawit, mendukung pengembangan sustainable palm oil dengan penerapan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).

Francisca Damanik, Group Department Head Sustainability and Corporate Communication Bumitama, menjelaskan perusahaan menerapkan best practice dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. 

"Bumitama sangat berkomitmen untuk melakukan best management practices dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, sehingga mendukung pengembangan kebun sawit berkelanjutan," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Minggu (23/3).

Seperti diketahui, BGA mulai berkembang pada 2003 dengan wilayah operasional di Kalimantan dan Riau, dengan berkomitmen terhadap kelestarian lingkungan dan masyarakat yang berkelanjutan.

Fokus tanam perusahaan pada area terbuka, bekas perladangan, dan lahan semak belukar. Lebih dari 40% area Bumitama adalah lahan yang sudah diabaikan dan tidak lagi terurus.

Selain itu, perusahaan memiliki area konsesi Nilai Konservasi Tinggi (NKT) lebih dari 10.000 ha. Untuk pembukaan lahan sendiri dilakukan dengan pola Zero Burning alias tanpa bakar.

Oleh karena itu, sambung Francisca, Bumitama mendukung ISPO melakukan sejumlah kegiatan, termasuk workshop dan pelatihan terkait dengan penerapan ISPO. Hal itu karena sangat bermanfaat untuk perkembangan sustainable palm oil yang banyak manfaatnya bagi dunia.

Belum lama ini ISPO menggelar workshop yang didiukung oleh sejumlah perusahaan, seperti Astra Agro, Minamas, Bumitama Gunajaya Agro (BGA), Golden Agri Resource (GAR), Sinarmas, dan Wilmar.

Salah satu yang menjadi sorotan saat ini adalah pengurangan emisi gas rumah kaca atau greenhouse gasses (GHG).

GHG adalah gas gas yang ada di atmosfir dan menyebabkan efek rumah kaca yaitu,  sebuah proses kimia yang menyebabkan terjadinya pemasan langit.

Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu Industri perkebunan selain perkebunan bunga matahari, rapeseed, dan padi yang menghasilkan gas yang dapat menyebabkan GHG.  GHG tersebut terbentuk dari penggunaan pupuk dan pestisida serta proses dari buah menjadi CPO dan selanjutnya, bila menggunakan turbin yang dipanasi dengan energi dari cangkang dan serat.

Namun, minyak sawit  sangat banyak manfaatnya antara lain untuk makanan seperti minyak goring, mentega, obat-obatan. Bahkan minyak sawit berguna untuk pembuatan bahan bakar terbarukan yaitu biodiesel yang menjadi harapan untuk mengganti peran minyak bumi yang semakin menipis.

 

BGA mulai berkembang pada 2003 dengan wilayah operasional di Kalimantan dan Riau, dengan berkomitmen terhadap kelestarian lingkungan dan masyarakat yang berkelanjutan.

"Fokus tanam mereka pada area terbuka, bekas perladangan dan lahan semak belukar. Lebih dari 40% area kami adalah lahan yang sudah diabaikan dan tidak lagi terurus,” ujar Lim Gunawan, dalam keterangan pers, Kamis (21/11).

Selain itu, sambungnya, perusahaan memiliki area konsesi Nilai Konservasi Tinggi (NKT) lebih dari 10.000 ha. Untuk pembukaan lahan sendiri dilakukan dengan pola Zero Burning alias tanpa bakar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper