Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Bebas Asean: Proteksi Unggas Harus Cakup Peternak Rakyat

Persatuan Pengusaha Unggas Nasional (PPUI) mengkhawatirkan langkah proteksi sektor perunggasan nasional saat digulirkannya pasar bebas Asean 2015 hanya untuk kepentingan asing.
Ayam broiler/Bisnis.com
Ayam broiler/Bisnis.com

Bisnis.com, BANDUNG - Persatuan Pengusaha Unggas Nasional (PPUI) mengkhawatirkan langkah proteksi sektor perunggasan nasional saat digulirkannya pasar bebas Asean 2015 hanya untuk kepentingan asing.

Ketua PPUI Ashwin Pulungan mengatakan proteksi yang dilakukan pemerintah sangat baik, namun dikhawatirkan hanya dimanfaatkan oleh penanam modal asing (PMA).

“Kami menyambut baik langkah pemerintah untuk memproteksi sektor perunggasan nasional ini. Namun yang perlu ditangani yakni keterlibatan asing dalam menguasai sektor perunggasan nasional nantinya,” katanya kepada Bisnis.com, Kamis (20/3/2014).

Saat ini sekitar 75% sektor perunggasan nasional sudah dikuasai PMA yang akhirnya membuat daya saing peternak rakyat semakin tergusur.

Menurutnya, pangsa pasar PMA selama ini sudah terintegrasi mulai dari industri pakan hingga pembibitan. Lemahnya daya saing peternak rakyat karena masih terjebak dalam ekonomi biaya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta pemerintah melakukan pertemuan bersama peternak rakyat dan penanam modal dalam negeri (PMDN) untuk menyamakan pola pikir agar proteksi yang dilakukan benar-benar dikuasai peternak rakyat.

“Pemerintah harus mengumpulkan peternak rakyat bersama PMDN agar proteksi yang dilakukan tidak sia-sia nantinya,” ujar Ashwin.

Ashwin mengungkapkan pertemuan itu harus dilakukan agar peternak rakyat bisa menjalin kemitraan bersama PMDN untuk membuat sektor perunggasan nasional yang terintegrasi.

“Seharusnya dari dulu peternakan rakyat dengan PMBN membangun sistem terintegrasi menjadi peternakan modern, sehingga menguasai ekspor dan pasar domestik.”

Pihaknya juga meminta pemerintah menggenjot pasokan jagung dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pakan unggas serta memutus ketergantungan impor.

Hal ini dilakukan agar ptoteksi yang dilakukan oleh pemerintah tidak memicu beban biaya pakan yang tinggi terhadap peternak.

Dia mengatakan selama ini persoalan impor jagung belum terselesaikan di tangah pemerintah. “Jagung selama ini masih mengandalkan Impor jagung. Padahal, petani lokal sangat berlimpah memproduksi jagung setiap tahunnya,” katanya.

Menurutnya, kontribusi jagung pada ternak mencapai 70%. Sehingga hal ini menentukan harga ayam di pasaran.

Sebelumnya, pemerintah menginginkan tiga komoditas pertanian dikecualikan dalam klausul perdagangan bebas. Ketiga komoditas itu adalah beras, gula, dan produk peternakan unggas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper