Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sulit Beli Gula Lokal, Bulog Segera Impor?

Dirut Perum Bulog (Persero) Sutarto Alimoeso masih enggan memberi konfirmasi mengenai peluang impor beras untuk kebutuhan buffer stock gula, sebagaimana ditugaskan oleh pemerintah melalui Kementerian Perdagangan.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Dirut Perum Bulog (Persero) Sutarto Alimoeso masih enggan memberi konfirmasi mengenai peluang impor beras untuk kebutuhan buffer stock gula, sebagaimana ditugaskan oleh pemerintah melalui Kementerian Perdagangan.

Bulog dilaporkan mengalami kendala dalam menemukan cadangan gula dari dalam negeri untuk memenuhi kuota buffer stock sejumlah 350.000 ton. Namun, Sutarto hingga saat ini belum mau mengungkapkan apakah Bulog berencana mendatangkan tambahan pasokan gula dari luar negeri.

“Prioritas kami tetap akan membeli gula dalam negeri, tapi kalau gula dalam negeri ini tetap kurang, nah, pemerintah akan menetapkan [keputusan] lain. Impor itu nanti kita lihat kalau [produksi] dalam negeri tetap tidak cukup. Nanti kan ada prosedurnya, Dewan Gula akan bicara lagi,” ujarnya, Rabu (5/3/2014).

Didesak apakah Bulog telah mengajukan izin impor gula ke pihak Kemendag untuk memenuhi target buffer stock yang ditetapkan, Sutarto hanya menjanjikan BUMN pimpinannya itu akan memberi penjelasan lebih rinci akhir bulan ini.

Kan baru diperintahkan beberapa bulan lalu. Sejauh ini, kami sudah koordinasi dengan PTPN, RNI, dan petani tebu. Itu sudah kami bicarakan. Yang penting jangan sampai harga jatuh, tapi jangan sampai juga konsumen keberatan. Cara menjaga [pasokan gula] ini sama kok seperti beras,” jelasnya.

Kemendag memandatkan Bulog untuk mengelola 350.000 ton suplai gula, yang dapat diserap baik dari dalam maupun luar negeri. Angka tersebutlah yang harus diisi oleh Bulog selaku stabilitator, baik melalui pengadaan GKP maupun raw sugar.

Berdasarkan perhitungan Kemendag, angka produksi gula nasional hanya akan mencapai 122.000 ton untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir Mei. Kemungkinan, menurut Kemendag, juga akan terjadi kemunduran masa giling pada Mei-Juni, sehingga akan ada kekosongan sekitar 220.000 ton selama periode tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper