Bisnis.com, MANILA – Bank Sentral Filipina mengintensifkan pengawasan pada resiko penggelembungan aset real estate dengan meluncurkan indeks harga properti residensial pada semester pertama 2014.
Deputi Gubernur Bank Sentral Filipina Diwa Guinigundo menyatakan indeks tersebut pada awalnya akan mencakup Manila dan provinsi-provinsi terdekat dengan menggunakan berbagai data, termasuk izin bangunan dan harga grosir material konstruksi.
“Kami sungguh untuk sungguh memonitori apa yang terjadi. Itu [indeks] akan memberikan suatu indikator solid bagi pergerakan harga unit residensial. Jadi, kami ingin melihat tidak hanya gambaran besar tetapi juga komponennya,” katanya, sebagaimana dilansir Bloomberg, Selasa (4/3/2014).
Peningkatan pengawasan di Filipina terjadi setelah Hong Kong dan Singapura menerapkan langkah-langkah pendinginan harga properti (colling measure). Dalam sebuah wawancara pada bulan lalu, Presiden Filipina Benigno Aquino mengatakan bahaya dari overheating ekonomi akan dapat dihindari dengan mengecilkan risiko penggelembungan aset.
Data Bloomberg menunjukkan, perekonomian Filipina dalam dua tahun terakhir mencatatakan rekor pertumbuhan tercepat sejak 1954-1955. Pada 2013 negara itu mengalami pertumbuhan sebesar 7,2% setelah melaju 6,8% pada 2012.
Adapun, dalam enam bulan terakhir saham-saham properti di Filipina meningkat sekitar 7%. Ayala Land Inc. (ALI), pengembang dengan pendapatan terbesar di negara itu melaporkan rekor baru peningkatan 30% laba bersih pada 2013.
Sementara itu, pada Februari lalu, lembaga konsultan properti Colliers Internatinal memprediksi harga properti di Makati, kawasan finansial Manila yang mencatatkan rekor kenaikan pada 2013, akan meningkat lebih jauh hingga 8% pada 2014.