Bisnis.com, JAKARTA--Pengusaha mesin perkakas Italia belum tertarik untuk berinvetasi dengan mendirikan pabrik di Indonesia lantaran menganggap bea masuk yang diterapkan pemerintah Indonesia terlalu tinggi. Dengan kondisi tersebut, mereka menghendaki bea masuk lebih murah.
Selama ini, mayoritas produsen mesin perkakas dari luar negeri menjual produk ke Indonesia karena pangsa pasar di Tanah Air sangat menggiurkan. Selain itu, produsen luar negeri menilai permintaan produk mesin perkakas di dalam negeri mengalami peningkatan sekitar 10%-15% dari tahun ke tahun.
Presiden Asosiasi Industri di Vicenza untuk Seksi Mekanik dan Metalurgi Massimo Carboniero mengatakan biaya masuk barang impor di Indonesia terlalu mahal. Dia mengatakan sejauh ini pelaku bisnis dari Italia sebatas menjual produk peralatan mesin ke Indonesia karena permintaan meningkat.
“Jika biayanya diperkecil, kemungkinan kami akan berinvestasi di sini,” terang Massimo di Jakarta, Selasa (25/2/2014).
Namun demikian, pihaknya mengakui bahwa persoalan investasi di Indonesia bisa dibicarakan lebih dulu antara pemerintah Italia dengan pemerintah Indonesia (goverment to goverment). Setelah itu, menurutnya, pelaku industri di Italia akan melihat sejauh mana besaran nilai investasi di Indonesia dibandingkan produksi peralatan mesin di Italia.
“Investasi pabrik di sini membutuhkan mesin lagi, sementara teknologinya harus dari Italia. Belum lagi kalau membawa masuk bahan baku ke sini biayanya tentu lebih mahal. Kalau di sana, teknologinya sudah ada dan bahan baku memadai,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Samuele Porsia, Komisaris Perdagangan Italia untuk Indonesia, mengatakan bahwa Italia yakin mampu memenuhi permintaan industri di Indonesia dalam hal teknologi alat mesin. Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya permintaan peralatan mesin produk Italia ke Indonesia meningkat dua kali lipat dengan total nilai impor US$18 juta pada 2013 atau dapat meraih pangsa pasar 19,12%.
Di sisi lain, kata dia, nilai total ekspor mesin asing ke Indonesia pada 2013 meningkat dengan nilai US$95 juta atau naik 14% dibandingkan dengan 2012 yakni US$83,31 juta.
“Di sini hanya untuk pasar. Awalnya kami hanya mencari partner, namun ke depan kemungkinan bisa berpikir untuk berinvestasi di sini,” ujar Samuel.
Samuele mengatakan sampai saat ini, produsen mesin perkakas di Italia menjajaki sejauh mana permintaan industri mesin di dalam negeri. Jika permintaan industri Indonesia untuk produk mesin perkakas terus mengalami pertumbuhan pada tahun mendatang, kata dia, kemungkinan investasi akan dibicarakan lebih lanjut.
Selain, keengganan pelaku industri Italia berinvestasi ke Indonesia dikarenakan upah tenaga kerja di dalam negeri dinilai terlalu mahal.
“Bahan baku di sini juga tidak ada. Jadi kami agak kesulitan untuk mencarinya, apalagi saingan kita dari China,” terangnya.
Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Perindustrian Teddy Caster Sianturi mengatakan mesin perkakas merupakan barang modal yang sangat penting dalam mendukung pengembangan industri nasional.
Pihaknya mengakui besarnya kebutuhan mesin perkakas dalam negeri telah mendorong peningkatan impor. Nilai impor pada 2011 mencapai US$6 miliar dan mengalami kenaikan pada 2012 menjadi US$7,6 miliar. Dia mengatakan penguasaan pangsa pasar produk impor di dalam negeri sekitar 85%-90%.
“Karena daya saing produk mesin perkakas dalam negeri lemah. Sementara mesin perkakas asal impor lebih berdaya saing,” ujarnya.