Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarif Listrik Industri Naik, Sektor Hilir Tekstil Terpukul

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat mengungkapkan rencana kenaikan tarif listrik sebesar 38,9%-64,7% bagi industri besar pada awal Mei mendatang, terdampak buruk bagi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di sektor hilir.
Pencocokan rekening listrik PLN/Antara
Pencocokan rekening listrik PLN/Antara

Bisnis.com, BANDUNG—Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat mengungkapkan rencana kenaikan tarif listrik sebesar 38,9%-64,7% bagi industri besar pada awal Mei mendatang, terdampak buruk bagi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di sektor hilir.

Sekretaris Jendral API Jabar Kevin Hartanto mengatakan sekitar 10 industri TPT yang tergabung dalam asosiasi itu dipastikan, akan mengalami kenaikan tarif listik karena mereka telah melantai di bursa atau go public.

Dari jumlah itu, sebagian besar berada di sektor hulu yang memproduksi bahan baku bagi sektor hilir.

“Memang kenaikan itu hanya berlaku bagi industri besar yang sudah melantai di bursa. Namun hal ini akan berdampak ke semua sektor, terutama hilir,” katanya kepada Bisnis, Jumat (21/2/2014).

Kevin menilai kenaikan tarif listrik mendatang  merupakan bentuk kebijakan yang sangat tidak rasional, dimana kondisi industri TPT masih terpukul akibat akumulasi beban dari kenaikan upah minimum kabupaten/kota (UMK) serta kebijakan lainnya.

“Kenaikan tarif listrik ini bukan main besar sekali. Kami tidak mengerti kenapa pemerintah terus membebani pengusaha dengan berbagai cara,” katanya.

 
Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Kawasan Berikat (APKB) menilai rencana kenaikan tarif listrik menjadi salah satu pemicu biaya produksi kian membengkak.

Ketua APKB Ade R. Sudradjat mengungkapkan selain kondisi perekonomian global yang sedang tidak stabil, kondisi dalam negeri cukup memberatkan bagi kalangan industri yang harus menaikan UMK sejak awal 2014.

“Beban pengusaha sudah cukup memberatkan dengan adanya kenaikan UMK. Jika kenaikan tarif listrik direalisasikan maka industri semakin resah," katanya.

Ade mengungkapkan jangan sampai kondisi memberatkan seperti ini justru mengancam pengusaha untuk tidak melirik peluang investasi di dalam negeri.

 “Perusahaan juga harus memikirkan beban-beban lainnya seperti pelayanan bank, birokrasi, atau perizinan untuk keberlangsungan perusahaan. Jangan sampai permasalahan kenaikan tarif listrik semakin memukul para pengusaha,” katanya.( Ria Indhryani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper