Bisnis.com, BANDUNG – PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang (PGE-AK) berpotensi memperoleh tambahan pendapatan US$19 juta per tahun menyusul pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang Unit 5 pada Juli 2015.
Asisten Manajer Perencanaan dan Evaluasi PGE-AK Muhammad Gadhavi mengatakan PLTP Unit 5 berkapasitas 30 megawatt ini akan melengkapi 4 unit PLTP yang sudah ada dengan kapasitas 200 MW sehingga total seluruhnya mencapai 230 MW.
Dalam pengerjaan proyek Engineering, Procurement, and Construction (EPC) Unit 5, PGE-AK menggandeng PT Rekayasa Industri sebagai kontraktor dengan investasi US$85 juta, mulai dari pengeboran sumur, turbin, hingga jaringan listrik. Adapun sumber pendanaan diperoleh melalui loan dan dana internal.
“Listrik yang dihasilkan di Unit 5 ini nantinya dijual langsung seluruhnya ke PLN dengan perkiraan harga sementara 8,25 sen per KwH tapi masih dalam negosiasi dengan PLN. Dari situ, tambahan pendapatan yang diperoleh per tahun diperkirakan US$19 juta,” ucapnya kepada Bisnis saat berkunjung ke PLTP Kamojang, Senin (17/2/2014).
Menurutnya, harga tersebut sudah cukup bagus dan sesuai dengan perhitungan sehingga ditargetkan dapat balik modal dalam 5-7 tahun setelah beroperasi. Sayangnya, dia belum dapat menyampaikan pendapatan PGE-AK dari 4 unit PLTP yang sudah beroperasi saat ini.
Dalam pengoperasian PLTP Unit 1 hingga Unit 3 dengan kapasitas 140 MW, PGE-AK tidak menjual langsung listrik ke PLN tetapi hanya berupa uap yang disalurkan ke PT Indonesia Power, anak usaha PLN, sehingga harga jualnya hanya 6,2 sen per KwH. Untuk menghasilkan 140 MW, dibutuhkan uap 1.100 ton per jam
Adapun, untuk membangkitkan 60 MW listrik pada Unit 4, dibutuhkan sekitar 432 uap ton per jam. Dalam pengoperasian Unit 4 ini, PGE-AK memasok langsung listrik ke PLN dengan harga jual 9 sen per KwH.
“Di lapangan Kamojang ini, kami membutuhkan 45 sumber produksi dan injeksi untuk pembangkit listrik pada 4 sumber energy,” ucapnya.