Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan pusat perbelanjaan di luar Pulau Jawa pada 2014 diprediksi hanya bertumbuh 10%.
Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan secara umum sektor ritel Indonesia masih memiliki prospek yang baik. Kendati tidak akan terpengaruh oleh agenda pemilihan umum pada 2014, jelasnya, kinerja pusat perbelanjaan di Indonesia pada 2014 dinilai akan diadang oleh sejumlah kendala.
“Pertumbuhan ruang ritel pada 2014 akan bagus-bagus saja. Pemilu tidak menjadi hal yang memberatkan sebab kita sudah tahu,” ungkap Stefanus yang juga Direktur PT Pakuwon Jati Tbk. kepada Bisnis, Senin (10/2/2014).
Kendala yang dihadapi oleh pengelolan pusat perbalanjaan, jelasnya, antara lain penaikan tarif listrik dan nilai jual objek pajak (NJOP) di wilayah DKI Jakarta.
Di samping itu, dia menjelaskan pemberlakuan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern pada akhir 2013 lalu akan menjadi hambatan terberat.
“Banyak hal dalam Permendag itu yang memberatkan pengelola pusat perbelanjaan pada tahun ini. Misalnya kewajiban menghadirkan 80% produk lokal dan 20% produk impor,” ungkapnya.
Dengan hambatan yang ada, Stefanus menuturkan pertumbuhan pusat perbelanjaan di luar pulau Jawa pada tahun 2014 hanya akan bertumbuh 10%. Menurutnya, sejumlah daerah besar seperti Makassar dan Medan cukup prospektif untuk pengembangan pusat perbelanjaan baru.
Sementara itu, jelasnya, pengembangan pusat perbelanjaan dalam konsep kawasan terpadu atau superblok akan menjadi dominan hingga tahun-tahun selanjutnya.