Bisnis.com, JAKARTA - Pasokan ayam ke sentra pasar seperti di Jakarta dan kota-kota besar lainnya berpotensi turun hingga 50% dari kondisi normal, hal ini terjadi karena terhambatnya distribusi akibat bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di Indonesia.
Sekjen Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Ruri Sarasono mengatakan hampir semua sentra pasar terancam kekurangan pasokan. Sebagian besar peternak tidak bisa mengirim pasokan ternaknya karena terkendalanya jalur distribusi.
Ruri menyebutkan kebutuhan ayam secara nasional mencapai 5,5 juta ekor per harinya, dari nilai tersebut Jabodetabek menyerap hampir 50% atau 2 juta ekor lebih per harinya.
“Kondisinya hampir sama disetiap sentra produksi, ayam tidak bisa keluar dari kandang. Dampaknya, pasokan di sentra pasar berpotensi turun hingga 50%,” jelasnya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (29/1/2014).
Peternak sangat dirugikan dengan kondisi ini karena harga ayam di tingkat mereka juga terkoreksi. Harga di tingkat peternak di beberapa wilayah sudah mencapai Rp.13.000/kg atau turun Rp.3.000/kg dari harga normalnya sekitar Rp.16.000/kg.
Hal yang sama juga diungkapkan Ade M Zulkarnaen Ketua Umum Himpunan Peternak unggas Lokal Indonesia (Himpuli), dia menjelaskan peternak harus menanggung biaya tambahan akibat tersedatnya pengiriman ke sentra pasar.
Berdasarkan hitungannya, peternak harus menanggung beban tambahan sebesar 20% dari total baiay produksi atau sekitar Rp.371 per ekor per harinya. “Jadi kerugian yang ditanggung peternak itu sangat besar,” jelasnya.
Ironisnya, jelas Ade, Peternak tidak bisa serta merta menaikkan harga jual ayamnya. Meskipun harga ayam di pasar konsumen merangkak naik karena berkurangnya pasokan, kondisi sebaliknya dialami peternak. Nilai tawar peternak semakin berkurang seiring menumpuknya pasokan di kandang mereka.
“Masalahnya kan peternak harus dihadapkan pada pilihan menjual ayamnya meskipun harga anjlok atau tetap menahannya menunggu harga kembali normal, dengan resiko bban pakan ternak terus bertambah setiap hari,” ungkapnya.
Ade menyebutkan peternak dihadapkan pada realita harus menjual ternaknya meskipun harga belum sepenuhnya normal. Peternak tidak bisa menyimpan ternaknya karena tidak mampu menangung beban yang harus ditanggung selama menahan ayamnya.
Sementara sebagian peternak terpaksa menunda kegiatan produksinya hingga kondisi pasar maupun lingkungan memungkinkan untuk berbudidaya kembali.
Data Gopan menyebutkan konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia secara umum masih rendah, pada 2012 lalu sebesar 6,97 kg/kapita/tahun dan pada 2013 mencapai 8,08 kg/kapita/tahun. Sementara tahun ini diperkirakan naik menjadi 9,15 kg/kapita/tahun.