Bisnis.com, BOGOR---Pemprov Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan Kementerian Pekerjaan Umum sepakat segera membangun waduk raksasa Ciawi, Bogor guna menahan banjir.
Kesepakatan tersebut terwujud dalam kerangka rapat Forum Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP) Jakarta, Bogor, Depok Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur yang dihadiri para kepala daerah dan Dirjen Pengairan dan Sumber Daya Air Kementerian PU Muhammad Hasan di Bendung Katulampa, Senin (20/1/2014).
Jokowi dan Heryawan membahas secara rinci pelaksanaan pembangunan waduk raksasa di Ciawi, Kabupaten Bogor, yang selama ini baru sebatas rencana.
Waduk ini diperhitungkan mampu mengurangi gelontoran air Sungai Ciliwung ke wilayah Jakarta saat musim hujan.
Heryawan dan Jokowi berharap, pembangunan Waduk Ciawi benar-benar dimulai pada 2015.
Proyek ini ditaksir menelan biaya tak kurang Rp1,9 triliun dan butuh waktu pengerjaan sekitar 3 tahun.
Heryawan menilai pembangunan waduk raksasa di Ciawi adalah langkah besar yang harus segera dilaksanakan untuk mengatasi banjir Jakarta.
Menurutnya selain waduk Ciawi masih ada satu waduk yang lain belum ditentukan lokasinya, namun diperkirakan di titik yang mengarah ke hilir.
Waduk ini diprediksi akan menampung aliran air yang selama ini penuh masuk ke Jakarta.
Pembangunan waduk sudah lama diwacanakan, namun tak kunjung dilaksanakan.
"Mudah-mudahan kesepakatan hari ini berjalan lancar. Jadi tahun depan pembebasan lahan dapat dilaksanakan," katanya.
Heryawan menuturkan persoalan banjir di Ibukota Negara dan provinsi tetangganya harus ditangani secara intensif.
Dia menilai masalah ini tidak akan terselesaikan secara tuntas bila upaya yang dilakukan bersifat parsial.
"Saya berharap, hari ini adalah hari terakhir kita bicara banjir hanya pada saat banjir datang. Kita harus menyelesaikannya secara intensif beberapa tahun ke depan," katanya.
Terpisah, Walhi Jabar mengaku tidak sepakat dengan rencana pembangunan waduk raksasa guna mencegah banjir di sejumlah kawasan Jabodetabekpunjur.
Pasalnya, waduk dengan skala besar memiliki resiko besar untuk terjadinya bencana.
Direktur Walhi Jabar Dadan Ramdan mengatakan sama halnya dengan pembangunan waduk Jatigede dan Jatiluhur yang memiliki kapasitas besar, pihaknya tidak pernah sepakat.
Selain beresiko tinggi,pembangunan waduk juga menghabiskan biaya besar dan senantiasa memakan korban warga sekitar untuk digusur.
"Kalau mau dibangun, seharusnya dibangun dengan skala kecil saja. Tapi dalam jumlah banyak," katanya.
Selain itu, cara memahami pengentasan banjir sebaiknya tidak sebatas wadu, tapi juga Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sama-sama memiliki kemampuan menyimpan dan mengalirkan air.
"Dengan kata lain, yang harus diperbanyak itu ya RTH, lahan konservasi dan jangan dirikan bangunan di atas lahan konservasi seperti di Puncak," ujarnya.