Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bosowa Percepat Realisasi Proyek Smelter

Bosowa Group, melalui anak usahanya yang baru terbentuk PT Bosowa Industri FeNi, mempercepat realisasi pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) bijih nikel menjadi feronikel di Jeneponto, Makassar.
 Logo Bosowa/Bisnis
Logo Bosowa/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Bosowa Group, melalui anak usahanya yang baru terbentuk PT Bosowa Industri FeNi, mempercepat realisasi pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) bijih nikel menjadi feronikel di Jeneponto, Makassar.

Pada awalnya, proyek yang bernilai US$432,7 juta tersebut ditargetkan mulai konstruksi pada awal 2015. Namun, seiring dengan berlakunya larangan ekspor mineral mentah yang tercantum dalam Undang-Undang No.4/2009 tentang mineral dan batu bara, pihaknya komitmen untuk mempercepat proses konstruksi atau ground breaking pada Maret 2014.

CEO Bosowa Group Erwin Aksa memberikan apresisasi kepada pemerintah yang telah konsisten menjalankan beleid yang mengandung pro-kontra tersebut. “Doakan ya, proyek ini dimajukan, kami melihat pemerintah serius dan tegas melaksanakan undang-undang,” kata Erwin kepada Bisnis, Kamis (16/1).

Menurut Erwin, pembangunan smelter membutuhkan waktu kurang lebih 36 bulan. Dengan demikian, diperkirakan pembangunan smelter akan rampung pada akhir 2016. Rencananya, proyek ini akan memproduksi feronikel sekitar 25.000 ton per tahun.

Hasil pengolahan yang menghasilkan feronikel ini akan diekspor 100% ke China, India, dan Jepang. “Soalnya belum ada pabrik stainless steel di Indonesia.”

Berdasarkan data dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, potensi nikel Indonesia sebesar 3,2 miliar ton. Deposit terbesar di Indonesia Timur yakni di Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua yakni sebesar 1,2 miliar ton. Adapun saat ini, Bosowa telah menyiapkan lahan seluas 60 hektare di Jeneponto. Smelter tersebut akan ditopang oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeneponto yang berkapasitas 2x125 MW.

Erwin meyakinkan proyek tidak ada masalah dengan listrik dan lahan lantaran sudah terintegrasi di Jeneponto. Bahkan, smelter juga akan didukung oleh konsensi lahan tambang nikel milik Bosowa seluas 1.000 hektar di Konawe.

“Bahan baku kami diperkirakan akan berasal dari Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Yang pasti, bahan baku tersebut berasal dari tambang-tambang yang saat ini produksinya diekspor, tetapi tahun 2014 dilarang ekspor. Jadi kami siap tampung.”


Pada sisi lain, selain mempercepat proses konstruksi, Bosowa juga meningkatkan nilai investasi pembangunan smelter. Bila sebelumnya Erwin mengatakan nilai investasi proyek sekitar US$300 juta, kini pihaknya merilis angka US$432,7 juta. “Iya itu totalnya, soalnya termasuk pelabuhan, infrastruktur tambahan dan perumahan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper