Bisnis.com, JAKARTA — PT Relife Property mencoba menjaring wisatawan asing menuju Lombok, Nusa Tenggara Barat, melalui pengembangan resort dan villa di kawasan Senggigi, sisi barat Pulau Lombok.
Direktur PT Relife Property Prima Kumara menuturkan tingkat okupansi hotel di wilayah Lombok pada tahun lalu secara keseluruhan mencapai 70%, sementara di Senggigi sekitar 85%.
“Bahkan di hotel-hotel tertentu sudah mencapai lebih dari 90%. Bisnis pariwisata di Lombok sangat luar biasa,” katanya saat Soft Launching Svarga Resort di Jakarta, Selasa (10/12/2013).
Dia mengungkapkan tingkat perjalanan wisata menuju Lombok terus mengalami peningkatan semenjak Bandara Internasional Lombok beroperasi 2011 lalu. Semakin banyak maskapai penerbangan yang memfasilitasi penerbangan dari luar negeri.
“Terjadi pertumbuhan wisatawan mancanegara yang semakin tinggi, khususnya dari Singapura, Kuala Lumpur, dan Australia,” tuturnya.
Lombok telah dicanangkan oleh pemerintah sebagai bagian dari wilayah wisata nasional seperti halnya di Bali. Bahkan, sambungnya, berdasarkan salah satu survei pariwisata, Lombok lebih populer dibandingkan Hawai.
Secara khusus, pihaknya juga telah pergi ke beberapa negara untuk mempromosikan resort yang mereka kembangkan. Dia menilai pasar pariwisata khususnya dari wisatawan asing tidak akan terlalu terpengaruh kegiatan pemilu.
Untuk mengembangkan Svarga Resort, perusahaan telah menghabiskan biaya Rp50 miliar. Di area seluas 7.500 m2, dibangun 25 unit resort mewah yang ditawarkan mulai dari harga US$110-US$200/malam.
Adapun resort yang dikembangkan dengan konsep healty tourism tersebut memiliki 4 tipe kamar yakni mavwa room (35 m2), neima room (105 m2), adna suite (125 m2), dan varda suite (202 m2). Beberapa fasilitas yang disediakan adalah ruang rapat, ruang pernikahan, spa, kolam renang, dan restoran.
Selain itu, perusahaan juga mengembangkan Greendland Senggigi Villa di area seluas 8 ha. Prima mengatakan untuk tahap pertama baru dikembangkan seluas 2 ha, dengan jumlah 120 unit.
“Investasi untuk itu sekitar Rp50 miliar. Kami melihat ada kebutuhan pariwisata untuk waktu yang lebih panjang. Konsumen bisa membeli, dan disewakan kembali,” ujarnya.
Sejak dijual 3 bulan lalu, villa sudah terjual sebanyak 20 unit, dengan kisaran harga mulai dari Rp350 juta-Rp1,5 miliar.
Presiden Direktur PT Relife Property Ghofar Rozaq Nazila mengatakan dalam menghadapi pemilu dan ketidakpastiaan perekonomian nasional, perusahaan akan mengerem pembangunan proyek baru, namun tetap melakukan pengembangan pada proyek yang telah berjalan.
Dia menyebutkan perusahaan masih memiliki persedian lahan seluas 50 ha di Lombok. Selain itu 30 ha di Makassar, 10 ha di Cileungsi, dan 3 ha di Bogor.