Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembangunan Rumah Tapak Bakal Meningkat Tahun Depan

-Realestate Indonesia (REI) wilayah Jawa Barat optimistis realisasi pembangunan rumah tapak bersubsidi 2014 akan meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun ini, setelah Kementerian Perumahan Rakyat menaikkan batas harga rumah bersubsidi menjadi Rp105 juta.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, BANDUNG--Realestate Indonesia (REI) wilayah Jawa Barat optimistis realisasi pembangunan rumah tapak bersubsidi 2014 akan meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun ini, setelah Kementerian Perumahan Rakyat menaikkan batas harga rumah bersubsidi menjadi Rp105 juta.

Ketua REI Jabar Yana Mulyana mengungkapkan realisasi pembangunan rumah bersubsidi tahun ini hanya mencapai 40.000 unit karena pengembang merasa berat membangun rumah bersubsidi dengan harga Rp88 juta.

"Dengan kenaikan batas harga maksimum menjadi Rp105 juta kami optimistis tahun depan bisa membangun rumah bersubsidi di Jabar sebanyak 80.000 unit," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (21/11/2013).

Yana menambahkan peningkatan realisasi pembangunan ini dengan syarat pemerintah membebaskan pajak pertambahan nilai (PPN). Jika tidak, maka dikhawatirkan masyarakat ekonomi kelas bawah tidak mampu membeli rumah bersubsidi dengan harga baru.

para pengembang tidak akan langsung menaikkan harga rumah bersubsidi menjadi Rp105 juta, melainkan akan dinaikkan secara bertahap. Hal ini untuk menjaga daya beli masyarakat agar tetap dapat menjangkau rumah bersubsidi.

"Paling kami akan menjual rumah bersubsidi seharga Rp90 jutaan. Kenaikan harga akan dilakukan secara bertahap. Jika tidak, kami khawatir masyarakat malah tidak bisa membeli rumah bersubsidi," katanya.

Menurutnya, pengembang akan memertahankan harga rumah bersubsidi pada kisaran Rp90 jutaan hingga akhir tahun 2014 dengan memertimbangkan kondisi ekonomi yang serba tak pasti pada tahun pemilu. Selain itu, harga kebutuhan pokok yang semakin meroket juga dikhawatirkan membuat daya beli masyarakat menurun.

Agar rumah bersubsidi dapat tetap terjangkau masyarakat, Yana menilai subsidi pemerintah kepada pengembang tetap diperlukan, seperti subsidi infrastruktur jalan dan penyambungan listrik. Hal ini bertujuan agar pengembang dapat memasang harga rumah bersubsidi dibawah Rp105 juta.

Selain itu, Yana meminta pemerintah juga menyesuaikan batas penghasilan masyarakat yang berhak membeli rumah bersubsidi agar permintaan rumah bersubsidi tetap banyak.
Saat ini, penyaluran Kredit Pemilikan Rumah dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR-FLPP) hanya boleh diajukan oleh pembeli yang memiliki penghasilan tetap maupun tidak tetap tidak lebih dari Rp3,5 juta

"Saya pikir masyarakat dengan penghasilan Rp5 juta masih berhak memiliki rumah bersubsidi. Hal ini memertimbangkan kebutuhan pokok yang serba mahal," katanya.

Sementara itu, terkait kenaikan batas harga rumah susun sederhana milik (rusunami) menjadi Rp315 juta, Yana pun yakin kenaikan harga ini dapat memacu realisasi pembangunan rusunami di Jabar meningkat dua kali lipat.

Menurutnya, dengan harga maksimal Rp144 juta, pembangunan rusunami di Jabar selama ini stagnan. Padahal, kebutuhan rusunami, terutama di kawasan industri semakin tinggi.

"Pemerintah seharusnya mendorong pembangunan rusunami di kawasan industri karena semakin tinggi permintaannya. Sudah banyak industri yang bekerja sama dengan para pengembang untuk membangun rusunami bagi karyawannya," ujarnya.

Sementara itu, Direktur CV Banyu Biru Fakhrulrozi Edward, salah satu pengembang rumah bersubsidi di Jabar, menuturkan bahwa harga baru yang disetujui Kemenpera hanya dapat diberlakukan di kabupaten di Jawa Barat, bukan di kota besar, seperti Bandung.

Hal ini memertimbangkan perbedaan harga tanah antara kabupaten dan kota di Jawa Barat. Menurutnya, harga ideal rumah bersubsidi di perkotaan yakni mencapai Rp140 juta. Dengan demikian, para pengembang dipastikan hanya akan membangun rumah bersubsidi di kabupaten-kabupaten di Jabar pada 2014.

"Saya pikir harga Rp105 juta hanya bisa diberlakukan di kabupaten. Kalau di kota besar seperti Bandung tidak mungkin diberlakukan karena harga tanah saja sudah mahal," katanya.

Hal serupa juga diungkapkan Direktur PT Bangun Kumala Persada Engkus Kushana. Menurutnya, harga ideal rumah bersubsidi di wilayah perkotaan di Jabar sekitar Rp120 juta.

"Kalau di kecamatan Rancaekek atau Cicalengka yang terletak di kabupaten Bandung mungkin bisa diberlakukan harga Rp105 juta, tetapi di kota Bandung tentu tidak dapat diberlakukan harga yang sama," ujarnya.

Para pengembang akan menyusun strategi terkait upaya memertahankan minat masyarakat terhadap rumah bersubdi dengan harga  baru. Engkus mengatakan pihaknya akan meningkatkan kualitas bahan bangunan dan kemudahan akses ke perumahan untuk dapat menarik minat masyarakat membeli rumah bersubsidi.(k10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rani Fadilah
Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper