Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia memprediksikan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III/2013 akan membaik ke 3,4% dari PDB dibandingkan dengan defisit bulan lalu 4,4%.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan defisit yang terjadi pada bulan lalu dipengaruhi importasi migas yang cukup tinggi. Namun, pada kuartal III/2013, neraca perdagangan surplus.
"Secara keseluruhan, kondisi pada Juli masih memengaruhi, masih terdapat capital reversal. Neraca pembayaran masih akan mengalami defisit tapi lebih rendah. Cadangan devisa pada September juga meningkat US$95,7 miliar. Pasar sudah stabil sejak Agustus," ujarnya, Selasa (8/10/2013).
Lebih lanjut, Perry menjelaskan, penyempitan defisit neraca transaksi berjalan akan terjadi akibat penurunan impor seiring dengan melemahnya permintaan domestik dan depresiasi rupiah.
Surplus transaksi modal dan finansial juga akan semakin besar seiring kembali masuknya investor asing pada SBI dan SUN serta pengurangan net jual asing atas saham domestik.
Adapun, BI saat ini terus mewaspadai potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada kuartal IV/2013 akibat penghentian sementara pelayanan beberapa pelayanan pemerintah atau government shutdown dan pembahasan anggaran serta plafon pinjaman.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo berharap AS segera menyelesaikan pembahasan berbagai masalah tersebut.
Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Selasa (8/10), BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 7,25% akibat perlambatan laju inflasi.
Tak hanya itu, lending facility dan deposit facility juga dipertahankan masing-masing 7,25% dan 5,5%. (ra)