Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mandiri Sekuritas Revisi Nilai Tukar Rp10.500/US$

Bisnis.com, JAKARTA - Defisit transaksi berjalan melonjak pada kuartal II/2013, sehingga Mandiri Sekuritas merevisi target nilai tukar rupiah akhir tahun menjadi Rp10.500/US$ dari proyeksi awal Rp9.780/US$.

Bisnis.com, JAKARTA - Defisit transaksi berjalan melonjak pada kuartal II/2013, sehingga Mandiri Sekuritas merevisi target nilai tukar rupiah akhir tahun menjadi Rp10.500/US$ dari proyeksi awal Rp9.780/US$.

Aldian Taloputra, ekonom PT Mandiri Sekuritas, mengatakan melebarnya transaksi berjalan pada kuartal II/2013 yang berada di atas ekspektasi pasar akan menjadi sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah.

“Kebijakan Bank Indonesia yang mentoleransi depresiasi nilai tukar rupiah sebagai upaya untuk menstabilkan nilai tukar dan defisit transaksi berjalan justru memperparah pelemahan rupiah,” ujarnya dalam riset, Senin (19/08/2013).

Dia menuturkan ketidakpastian faktor eksternal menambah risiko pelemahan rupiah dalam waktu dekat. Menguatnya ekonomi negara maju, namun tidak diikuti oleh negara berkembang, menyebabkan kondisi nilai tukar rupiah bertambah buruk.

Alhasil, lanjutnya, penguatan ekonomi negara maju tersebut akan menyebabkan tinggi pengembalian investasi semakin tinggi, dan memperburuk posisi perdagangan dalam negeri mengingat posisinya sebagai pemasok komoditas regional.

Seperti diketahui, neraca transaksi berjalan mengalami defisit US$9,8 miliar pada kuartal II, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tercatat US$5,8 miliar.

Berdasarkan laporan Bank Indonesia, melebarnya defisit neraca transaksi berjalan kuartal II/2013, akibat menyusutnya surplus neraca perdagangan nonmigas serta melebarnya defisit neraca jasa dan pendapatan.

Surplus neraca perdagangan nonmigas menyusut karena impor, khususnya impor bahan baku dan barang konsumsi, meningkat sehubungan dengan konsumsi domestik pada kuartal II yang secara historis memang selalu lebih tinggi daripada kuartal I.

Defisit neraca jasa tercatat melebar akibat meningkatnya pembayaran jasa transportasi barang seiring dengan kenaikan impor serta meningkatnya perjalanan masyarakat ke luar negeri selama musim liburan sekolah.

Sejalan dengan itu, defisit neraca pendapatan juga melebar mengikuti jadwal pembayaran bunga utang luar negeri dan transfer keuntungan kepada investor asing. Adapun, neraca perdagangan migas masih defisit tetapi berkurang dibandingkan kuartal sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper