Bisnis.com, JAKARTA – Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) menandatangani MoU dengan Chinese Chamber of Commerce of Foodstuffs and Native Produce’s (CFNA), baru-baru ini. Kerja sama ini diyakini akan meningkatkan hubungan strategis antara kedua organisasi.
Presiden CFNA Bian Zhenhumengungkapkan melalui kerjasama ini diarapkan adanya peningkatan kerjasama dalam mempromosikan minyak sawit berkelanjutan di negaranya. Mengingat China saat ini merupakan negara importir terbesar kedua di dunia.
“Isu mengenai kebrlangsungan lingkungan semakin mencuat di negara kami [China]. Dalam rencana lima tahun ke-12 pemerintah, diketahui pemerintah mulai menaruh perhatian yang besar terhadap isu lingkungan tersebut,” katanya, Selasa (30/7/2013).
Perusahaan juga semakin sadar akan praktek keberlanjutan dalam menjalankan model bisnis mereka dan tuntutan nyata masyarakat akan hal ini pun semakin tinggi.
Direktur Komunikasi RSPO Anne Gabriel mengatakan China merupakan pasar yang potensial bagi pihaknya untuk mempromosikan keberlanjutan minyak sawit. Mengingat, konsumsi negara ini akan produk tersebut terbilang sangat tinggi.
“Dalam setahun terakhir ini, kami mencatat pertambahan jumlah anggota RSPO dari Cina lebih dari dua kali lipat, oleh karena itu China memiliki arti yang penting bagi kami,” katanya.
Lebih jauh, Anne mengatakan bahwa RSPO memiliki kontribusi terhadap stabilitas pasokan minyak sawit di Cina.
Permintaan minyak sawit di Cina diperkirakan akan tumbuh sekitar 10% setiap tahunnya di tahun-tahun mendatang (masing-masing mencapai 8,6 juta ton pada tahun 2015 dan 12 juta ton pada ahun 2020.
Hampir seluruh minyak sawit di Cina merupakan produk impor, yang mana 60% diimpor dari Malaysia dan 38% dari Indonesia. Mayoritas minyak sawit impor Cina digunakan untuk industri pangan konsumsi domestik, seperti mie instan dan biskuit.